Mojokerto (beritajatim.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto secara serentak di masing-masing RW se-Kota Mojokerto menggelar kerja bakti, Jumat (29/3/2024). Kerja bakti massal ini sebagai upaya Pemkot Mojokerto dalam rangka mencegah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Secara langsung Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto Moh Ali Kuncoro memimpin kerja bakti yang berlangsung di Jalan Kelud Gang 8 RT 01 RW 05, Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto. Bersama warga, Mas Pj (sapaan akrab, red) turut kerja bakti dan memeriksa jentik nyamuk.
Orang nomor satu di lingkup Pemkot Mojokerto ini menuturkan, bahwa kasus DBD di Jawa Timur saat ini mengalami lonjakan dan cara paling efektif untuk menanggulangi dan mencegah penyebaran DBD adalah dengan memperkuat Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 MPlus.
“Untuk mencegah DBD diperlukan kesadaran dari semua pihak untuk terbiasa menanamkan budaya hidup bersih pada diri sendiri dan lingkungan masing-masing. Kami berharap kerja bakti massal ini dapat menjadi titik balik untuk meningkatkan kesadaran seluruh warga Kota Mojokerto dalam bergotong-royong menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing,” katanya.
Dalam kerja bakti massal sore ini yang menjadi target utama Mas Pj adalah membersihkan tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk seperti barang-barang bekas yang sekiranya dapat menjadi tempat penampungan air hujan. Sehingga diharapkan sudah tidak ada lagi tempat untuk jentik nyamuk berkembang biak.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DinkesP2KB) Kota Mojokerto, dr Farida Mariana menyampaikan, kegiatan preventif PSN 3M Plus meliputi menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
“Sementara Plus-nya antara lain dengan melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan, menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk seperti lavender, serai, dan daun mint, memeriksa tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air (1 rumah 1 jumantik), memberikan larvasida pada penampungan air yang susah untuk dikuras serta meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup,” terangnya.
Terkait fogging atau pengasapan, dr Farida menegaskan, bukan merupakan solusi terbaik untuk mencegah DBD. Menurutnya banyak efek samping dari pengasapan karena nyamuk semakin kebal sehingga lebih sulit untuk dibasmi dan hanya membunuh nyamuk dewasa, jentiknya masih hidup.
“Fogging juga mengakibatkan pencemaran lingkungan. Di samping itu, juga berbahaya bagi manusia, seperti karsinogenik penyebab kanker, merusak paru-paru, menurunkan sistem kekebalan tubuh bahkan dapat merusak gen dan kromosom pada janin sehingga janin rentan kecacatan,” pungkasnya. [tin/but]