Jakarta –
Rudal jarak jauh ATACMS (Army Tactical Missile System) buatan Amerika Serikat, akhirnya ditembakkan untuk pertama kalinya ke area Rusia setelah Presiden Joe Biden memberikan lampu hijau. Apakah ada kemungkinan nanti Rusia mengerahkan senjata nuklir jika terus ditekan?
Rusia mengatakan penggunaan rudal ATACMS oleh Ukraina terhadap wilayahnya menandai fase baru perang Barat terhadap Moskow dan akan bereaksi sesuai kondisi. Ukraina menggunakan rudal ATACMS untuk menyerang fasilitas militer di wilayah perbatasan Bryansk, Rusia.
Vladimir Putin sendiri juga baru menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir, membuka pintu bagi potensi serangan balasan nuklir oleh Moskow bahkan terhadap serangan konvensional oleh negara nuklir mana pun.
Kemenhan Rusia mengatakan Ukraina menyerang wilayah Bryansk dengan 6 rudal dan sistem pertahanan udara berhasil mencegat lima dan merusak satu. “Ini tentu merupakan sinyal mereka ingin meningkatkan ketegangan,” kata Menlu Rusia Sergey Lavrov di konferensi pers G2) di Brasil.
“Kami akan menganggap ini sebagai fase baru yang kualitatif dari perang Barat melawan Rusia. Dan kami akan bereaksi sesuai dengan itu,” imbuhnya, menuduh Washington membantu Kyiv mengoperasikan ATACMS. Rusia telah lama menyebut pengoperasian ATACMS diprogram oleh spesialis Amerika Serikat dan memerlukan panduan dari satelit AS.
Tak hanya itu, Ukraina juga dilaporkan meluncurkan rudal Storm Shadow buatan Inggris-Prancis ke sasaran di Rusia untuk pertama kali, sehari setelah serangan ATCMS. Blogger Rusia memposting foto pecahan Storm Shadow, mengklaim hingga 12 rudal ditembakkan ke Kursk. Inggris dan Prancis sebelumnya memasok rudal Storm Shadow ke Ukraina untuk digunakan di areanya sendiri. Rudal ini jangkauannya sekitar 250 kilometer, sedikit lebih pendek dari ATACMS.
Apakah dengan serangan itu ada potensi Rusia mengerahkan senjata nuklir? menurut Federasi Ilmuwan Amerika (FAS), Moskow punya sekitar 5.580 hulu ledak nuklir. Sekitar 1.200 di antaranya sudah tidak digunakan dan sekitar 4.380 disimpan. Rusia memiliki persediaan senjata nuklir terbesar dunia, diikuti AS. Digabung, Moskow dan Washington menguasai sekitar 90% senjata nuklir dunia.
Namun, terlepas dari semua ancaman Rusia, AS mengatakan tidak melihat tanda-tanda pergerakan yang tidak biasa di lokasi penyimpanan senjata nuklir Rusia. Sebagian besar pakar juga berpendapat penggunaan senjata nuklir oleh Rusia tidak mungkin untuk saat ini.
Pavel Podvig, peneliti senior UN Institute for Disarmament Research, tidak percaya bahwa menjatuhkan nuklir di Ukraina ada dalam rencana Moskow “Terutama karena hal itu tidak akan membantu mencapai tujuan militer apa pun, dan Rusia sedang di atas angin di Ukraina saat ini,” cetusnya.
Lebih jauh, penggunaan senjata nuklir dalam konflik untuk pertama kalinya sejak 1945 akan menyatukan sebagian besar dunia melawan Rusia dengan cara yang tidak dapat diprediksi dengan mudah oleh Moskow.
“Jadi, itu akan menjadi pertaruhan yang serius. Namun, saya tidak dapat mengesampingkan bahwa Kremlin siap mengambil risiko. Terutama jika Moskow merasa responsnya akan lemah,” imbuhnya yang dikutip detkINET dari Al Jazeera.
(fyk/fyk)