TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali memicu kebingungan soal tarif perdagangan dengan Tiongkok.
Tiga hari setelah pemerintahannya mengumumkan pengecualian terhadap sejumlah barang elektronik dari tarif, Trump justru mengancam akan mengenakan bea baru.
Telepon pintar, laptop, flash drive, dan beberapa produk teknologi lainnya dikecualikan dari tarif yang diberlakukan sejak Rabu (2/4/2025).
Pengecualian ini memberikan napas lega bagi perusahaan teknologi AS, seperti Apple dan Nvidia yang sangat bergantung pada manufaktur China.
Saham keduanya langsung naik setelah pemberitahuan resmi dirilis oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS pada Jumat (11/4/2025).
Namun, pengumuman lanjutan pada Senin (14/4/2025) justru memicu kritik terhadap Trump.
Para pengamat dan lawan politiknya menuduhnya tidak konsisten dan mencabut banyak tarif tinggi yang sebelumnya diberlakukan terhadap Tiongkok.
Padahal, tarif yang dicabut itu hanyalah sebagian dari serangkaian bea masuk yang dikenakan dalam perang dagang antara AS dan China.
Perang tarif ini sudah dimulai sejak masa jabatan pertama Trump dan berlanjut saat Presiden Joe Biden menjabat, dengan tarif tambahan terhadap barang-barang dari China.
Lalu, apakah benar barang elektronik China kini bebas dari tarif AS?
Barang Apa Saja yang Dikecualikan?
Pada Jumat (11/4/2025), pemerintahan Trump mengeluarkan daftar produk yang dikecualikan dari tarif.
Produk tersebut termasuk komputer, laptop, disk drive, peralatan pemrosesan data otomatis, ponsel pintar, kartu memori, modem, router, layar panel datar, dan perangkat semikonduktor.
Kebanyakan dari barang-barang ini tidak diproduksi di dalam negeri, melainkan di Tiongkok.
Tarif yang dikenakan sebelumnya dinaikkan secara bertahap: dari 20 persen pada 2 April, menjadi 54 persen, lalu 104 persen pada 3 April, hingga mencapai 145 persen pada 4 April.
Menurut analisis firma keuangan Capital Economics, pengecualian ini mencakup 23 persen dari total impor AS dari China.
Firma tersebut menyebut langkah itu sebagai “bantuan yang baik” bagi CEO Apple, Tim Cook.
Apa Kata Trump?
Pada Minggu (13/4/2025), Trump membantah bahwa ia telah meringankan beban tarif untuk China.
“TIDAK ADA SEORANG PUN yang ‘lepas dari tanggung jawab’ atas Neraca Perdagangan yang tidak adil,” tulisnya di platform media sosial Truth.
Trump menuduh Tiongkok sebagai negara yang “memperlakukan kita dengan paling buruk”.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menjelaskan bahwa pengecualian tarif ini bersifat sementara.
Menurutnya, barang elektronik China memang dibebaskan dari tarif awal 2 April, tapi akan tetap menghadapi bea masuk baru yang sedang dipersiapkan.
“Barang elektronik dikecualikan dari tarif timbal balik, tetapi masih termasuk dalam tarif semikonduktor yang akan diberlakukan satu atau dua bulan lagi,” kata Lutnick kepada ABC News.
Trump bahkan mengumumkan bahwa ia akan mengenakan tarif baru terhadap semikonduktor dari China pada hari Senin.
Apakah Barang Elektronik China Benar-Benar Bebas Tarif?
Tidak.
Pengecualian yang diumumkan hanya berlaku untuk tarif tambahan yang diberlakukan sejak 2 April.
Barang-barang seperti iPhone dan laptop masih menghadapi tarif dasar sebesar 20 persen.
Tarif itu diberlakukan Trump secara bertahap sejak 20 Januari, saat ia menjabat kembali, hingga 2 April.
Tarif atas semikonduktor yang diumumkan pada Jumat juga bukan pembebasan total.
Faktanya, tarif 50 persen terhadap semikonduktor dari China yang diberlakukan oleh Presiden Biden pada 1 Januari masih berlaku.
Trump belum mencabut tarif itu.
Sebagian besar perangkat elektronik menggunakan semikonduktor ini, sehingga tetap terdampak.
Selain itu, sanksi era Biden terhadap perusahaan semikonduktor China juga masih berlaku, membatasi akses mereka terhadap chip kelas atas.
Langkah Trump Selanjutnya
Trump menyatakan akan meluncurkan “Investigasi Tarif Keamanan Nasional” terhadap rantai pasokan semikonduktor.
Ia menuding China terlalu dominan dalam rantai pasokan global.
Pada 2023–2024, China mengekspor chip senilai $647 juta ke AS, menurut Observatory of Economic Complexity.
Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, menyatakan AS akan meninjau apakah impor semikonduktor membahayakan keamanan nasional.
“Semikonduktor adalah bagian penting dari banyak peralatan pertahanan,” kata Hassett kepada CNN.
Ia merujuk pada Pasal 232 dari Undang-Undang Perluasan Perdagangan AS, yang memberi presiden kewenangan membatasi impor untuk alasan keamanan nasional.
Bagaimana Kondisi Perang Dagang Saat Ini?
Tarif terhadap barang elektronik dan semikonduktor hanyalah bagian dari perang dagang AS-China yang semakin memanas sejak 2 April.
China membalas dengan mengenakan tarif 125 persen terhadap barang-barang AS.
Sementara itu, ekspor China ke AS kini dikenakan tarif sebesar 145 persen, kecuali untuk produk yang dikecualikan.
Negara-negara lain telah bernegosiasi untuk menghindari tarif tinggi AS.
Namun, China tidak termasuk dalam kesepakatan yang memberikan jeda 90 hari tersebut.
Trump menyebut gejolak pasar saham sebagai konsekuensi “jangka pendek” dari pengaturan ulang perdagangan global.
Namun, para analis memperkirakan inflasi akan meningkat.
Mereka menilai pengecualian tarif pada Jumat menunjukkan pemerintah mulai menyadari dampak buruk tarif terhadap produsen dan konsumen AS.
Apple adalah contoh nyata.
Sekitar 90 persen iPhone dirakit di Tiongkok melalui mitra lokalnya, Foxconn.
Sebanyak 80 persen produk Apple berasal dari China.
Kelompok pelobi yang mewakili Intel, Nvidia, dan perusahaan teknologi lainnya terus mendorong Washington untuk mencapai kesepakatan dagang.
Sektor Lain yang Terdampak
Pada Maret lalu, Trump memberlakukan tarif 25 persen pada impor baja dan aluminium dari semua negara, termasuk China.
China adalah produsen baja dan aluminium terbesar di dunia.
Meskipun ekspor bajanya ke AS hanya 4,1 persen dari total produksi nasional, ekspor aluminium mencapai 16 persen.
Pada 3 April, AS juga menerapkan tarif 25 persen terhadap mobil impor.
Ekspor mobil China ke AS hanya 2 persen dari total impor mobil AS, atau sekitar 0,4 persen dari penjualan mobil 2024, menurut S&P.
Namun, karena produsen mobil China terlibat dalam rantai pasokan global, tarif itu tetap berdampak signifikan.
Mulai 3 Mei, tarif 25 persen juga berlaku untuk semua suku cadang mobil impor.
Meski pemerintah Trump menyarankan warga AS membeli mobil buatan dalam negeri, para ahli memperingatkan bahwa tidak ada mobil yang sepenuhnya bebas dari komponen impor.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)