Bisnis.com, JAKARTA – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana besar untuk membangun pusat data (data center) baru di seluruh Amerika Serikat.
Rencana tersebut akan melibatkan investasi sebesar US$20 miliar dari Hussain Sajwani, seorang pengusaha miliarder asal Emirat yang mendirikan raksasa pengembangan properti DAMAC Properties.
Melansir dari Techcrunch, Rabu (8/1/2025) fase pertama dari investasi ini akan mencakup pembangunan pusat data di delapan negara bagian, yakni Arizona, Illinois, Indiana, Louisiana, Michigan, Ohio, Oklahoma, dan Texas.
Pusat data tersebut dirancang untuk mendukung teknologi canggih, terutama kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan.
“Kami telah menunggu lama untuk meningkatkan investasi kami di AS. Kami berkomitmen untuk menginvestasikan $20 miliar, bahkan mungkin lebih,” ujar Sajwani.
Namun, meskipun pernyataan ini menjanjikan, banyak yang mengingat pengalaman serupa pada masa lalu yang berakhir dengan kegagalan.
Pada tahun 2017, Trump dan Gubernur Wisconsin saat itu, Scott Walker, mengumumkan bahwa produsen Taiwan Foxconn akan menghabiskan US$10 miliar untuk membangun kampus di dekat Milwaukee.
Namun, rencana itu mengalami penurunan drastis, dengan Foxconn hanya menghabiskan sekitar US$1 miliar hingga awal 2023 dan menciptakan jauh lebih sedikit pekerjaan dari yang dijanjikan.
Rencana besar ini muncul di tengah perdebatan politik mengenai Undang-Undang CHIPS, yang diluncurkan oleh pemerintahan Biden untuk meremajakan manufaktur semikonduktor di Amerika.
Trump telah menjadi kritikus vokal terhadap Undang-Undang tersebut, yang mengalokasikan dana hibah besar dan insentif pajak untuk memproduksi chip domestik.
Trump dan beberapa pemimpin Republik lainnya, termasuk Ketua DPR Mike Johnson, bahkan mengancam akan mencabut Undang-Undang tersebut, dengan alasan bahwa kebijakan tersebut belum cukup efektif.
Para pemimpin industri teknologi, termasuk CEO OpenAI Sam Altman, telah mendesak pemerintah untuk lebih banyak berinvestasi dalam infrastruktur pusat data, terutama karena kebutuhan sumber daya komputasi yang terus meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan AI.
Di sisi lain, Microsoft baru-baru ini mengumumkan rencana investasi sebesar US$80 miliar untuk membangun pusat data AI dalam skala besar.
Dalam pernyataan terpisah, Brad Smith, Presiden Microsoft, menekankan pentingnya kemitraan internasional dan investasi infrastruktur untuk memastikan bahwa Amerika Serikat tetap berada di garis depan dalam revolusi teknologi ini.
“Kami percaya bahwa pemerintah yang baru dapat memperkuat sektor teknologi dengan berinvestasi lebih banyak dalam infrastruktur,” kata Smith.