Surabaya (beritajatim.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengevakuasi dua anak yang diduga menjadi korban eksploitasi oleh ayahnya sendiri di Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Jumat (12/9/2025). Kedua anak ini sengaja dieksploitasi sang ayah agar mendapatkan bantuan dari masyarakat.
Dua anak masing-masing berinisial B, 7 tahun, dan A, 4 tahun, ditemukan dalam kondisi memprihatinkan. Mereka tidak terurus, tidak bersekolah, dan terpaksa harus merawat ayah mereka, BS, yang diduga menderita depresi dan sakit.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Surabaya, Ida Widayati, menjelaskan bahwa kondisi sakit yang dialami BS ini adalah tidak bisa berjalan normal.
“Bapaknya ini kondisinya sakit, bukan lumpuh total, cuma memang untuk jalan kesulitan, jadi jalannya ngesot,” kata Ida, Jumat (12/9/2025).
Namun parahnya, kedua anak yang masih kecil tersebut diminta untuk memandikan dan bahkan membersihkan kotoran (cebokin) sang ayah. Padahal, menurut Ida, BS sebenarnya masih bisa merawat dirinya sendiri.
Kondisi ini sudah berlangsung sejak tiga sampai empat tahun lalu, setelah sang istri meninggalkan rumah. Sejak saat itu, BS bersama anaknya hanya mengandalkan bantuan dari warga dan gereja untuk bertahan hidup.
“Dua anak ini kan enggak disekolahkan, kemudian enggak berinteraksi dengan banyak orang. Biar melas (sengaja dibuat kasihan) gitu loh mas. Jadi hidupnya memang dari bantuan kan, utamanya dari pihak Gereja,” jelas Ida.
Meski demikian, gaya hidup BS ini terbilang kontras dengan kondisi mereka. Ia sering memesan makanan melalui layanan pesan antar.
Beberapa tetangga juga mengungkapkan perilaku BS yang kerap marah dan berteriak-teriak ketika diberi bantuan. Akibatnya, anak pertamanya BE, 16 tahun, memilih kabur dari rumah.
“Anak pertamanya (BE) itu diduga menjadi korban KDRT ayahnya. Ia kemudian melarikan diri ke sebuah gereja dan kini tinggal di panti asuhan,” urainya.
Saat ini, kedua anak B dan A dievakuasi dan dititipkan di panti asuhan yang sama dengan kakak mereka, BE. Pemkot Surabaya berkomitmen untuk memastikan mereka mendapatkan kembali pendidikan dan perawatan psikologis.
“Sekolah pasti nomor satu. (DP3APPKB) akan mengupayakan sekolah berserta kelengkapannya,” terangnya.
Dinas Pendidikan Surabaya pun sudah bergerak cepat, kata Ida. Anak pertama akan mengikuti program kejar paket C setara SMA, anak kedua akan masuk SD, dan si bungsu akan dimasukkan ke PAUD.
Sementara itu, BS dirawat di RS Menur. Ida menjelaskan bahwa ia diduga mengalami depresi dan juga menderita penyakit fisik seperti tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal.
“Dia (BS) dirawat di RS Menur. Kemarin dicek kesehatannya, hasilnya ginjalnya jelek, kemudian darah tinggi, leukositnya tinggi begitu-begitu, jadi biar dirawat dulu,” tutup Ida. [ram/ian]
