Jakarta –
Tim ahli saraf di University Collage London memindai otak para pelaku perundungan atau bullying dan menemukan sesuatu yang mengejutkan. Otak para pelaku bullying ternyata lebih kecil secara fisik dibandingkan rata-rata.
“Temuan kami mendukung gagasan bahwa, untuk sebagian kecil individu dengan perilaku antisosial yang terus-menerus sepanjang hidup, mungkin ada perbedaan dalam struktur otak mereka,” kata penulis utama studi Dr Christina Carlisi dikutip dari Futurism, Jumat (6/12/2024).
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet, peneliti menggunakan MRI untuk memeriksa otak 652 peserta. Mereka menemukan bahwa otak orang-orang dengan pola ‘mencuri, agresi, kekerasan, bullying, berbohong dan tidak punya tanggung jawab’ secara fisik berbeda dari otak peseta lainya.
Korteks para pelaku bullying ditemukan lebih tipis dan otak mereka memiliki luas permukaan yang lebih sedikit dibandingkan otak non-bully. Singkatnya, perundung punya otak yang lebih kecil.
Pengecualian utama: Otak orang-orang yang menunjukkan perilaku antisosial saat remaja tetapi tidak saat dewasa tidak menunjukkan kelainan seperti itu. Itu kabar baik bagi pelaku perundungan yang telah bertobat.
“Kebanyakan orang yang menunjukkan perilaku antisosial melakukannya terutama pada masa remaja, kemungkinan sebagai akibat dari masa-masa sulit dalam bersosialisasi, dan orang-orang ini tidak menunjukkan perbedaan struktural otak,” kata Carlisi. “Orang-orang ini juga yang umumnya mampu bertobat dan menjadi anggota masyarakat yang berharga.”
(kna/kna)