Terdiri dari Berbagai Suku, Ini Deretan Ketua Organisasi Pemuda di Kongres Sumpah Pemuda

27 October 2023, 10:25

TEMPO.CO, Jakarta – Sumpah pemuda dikenal sebagai titik tolak persatuan para pemuda dari berbagai suku dan golongan Indonesia untuk mewujudkan ikatan kuat. Melalui kongres dan sumpah pemuda, organisasi pemuda dari berbagai daerah bersatu dan berkomitmen dalam ikatan nasionalisme Indonesia. Seperti dikutip dari buku Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional karya Momon Abdul Rahman dan rekan, Sumpah Pemuda diawali kongres Pemuda sebanyak 2 kali, yakni pada 30 April hingga 2 Mei 1926 di Lapangan Banteng, Jakarta untuk Kongres Pemuda I dan 27 hingga 28 Oktober 1928 di tiga lokasi yang berbeda, yakni gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw, untuk Kongres Pemuda II.Dalam rapat tersebut turut dihadiri beberapa perwakilan organisasi seperti Perhimpunan Pemuda Pelajar Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Sekar Roekoen, Jong Ambon, Pemoeda Kaoem Betawi. Selain itu, kongres juga dihadiri oleh beberapa pihak lain yang berasal dari organisasi kepemudaan, misalnya seperti partai politik, yakni Partai Nasional Indonesia, utusan pemerintah Hindia Belanda yang salah satu wakilnya adalah Patih Belanda.Lebih lanjut, seperti dilansir dari berbagai sumber, berikut biografi singkat masing-masing ketua dari perwakilan organisasi pemuda yang hadir pada saat Kongres Pemuda II. Masing-masing sosok ketua dalam organisasi kepemudaan tersebut memiliki latar belakang yang bervariasi antar satu dengan lainnya. Kasman Singodimedjo (Jong Islamieten Bond)Merupakan ketua dari Jong Islamieten Bond (JIB) atau Perkumpulan Pemuda Islam, Kasman yang lahir pada 25 Februari 1904 di Bagelen Purworejo tersebut pernah menempuh pendidikan dokter di sekolah dokter School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA). Seperti dilansir dari laman Muhammadiyah.or.id, Kasman memiliki peranan yang signifikan dalam membujuk Ki Bagus Hadikusumo untuk mau mengalah agar tujuh kata di Piagam Jakarta diganti sehingga turut mewakili kaum Kristiani di Indonesia.Iwa Kusumasumantri (Pemuda Sunda)Lahir di Ciamis, 21 Mei 1899, Iwa mengenyam pendidikan tinggi di Belanda. Di sana ia menjadi ketua Indonesische Vereeniging. Organisasi itu adalah cikal bakal Perhimpunan Indonesia. Saat pulang dari studinya di Leiden, Belanda, selain menjadi jurnalis dan membuka kantor hukum, Iwa menjadi salah satu tokoh Sekar Roekoen atau organisasi kepemudaan pemuda Sunda, yang didirikan oleh para siswa Sekolah Guru atau Kweekschool Batavia. Selain menguasai ilmu hukum, Iwa juga dikenal sebagai jurnalis. Tulisannya yang tajam membuat pemerintah Belanda gerah. Iwa dipenjara selama setahun di Penjara Medan kemudian mengasingkannya ke Banda Neira.  Dr. Satiman Wirjosandjojo (Jong Java)Seperti dikutip dari laman Uinjkt.ac.id, Satiman merupakan pendiri sekaligus ketua dari Jong Java atau sebelumnya bernama Tri Koro Dharmo. Satiman mendirikan Tri Koro Dharmo karena merasa bahwa pasca berkuasanya kaum tua dalam organisasi Boedi Oetomo, organisasi tersebut menjadi bersifat jawa sentris.Selain mendirikan Jong Java, Satiman juga turut mendirikan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi agama Islam. Lembaga pendidikan tersebut, direncanakan untuk menjadi lembaga pendidikan yang memiliki jenjang lebih tinggi dibanding madrasah atau pesantren.Mohammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)Merupakan Ketua dari Jong Sumatranen Bond dan salah satu tokoh politik terkemuka di Indonesia yang aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Seperti dilansir dari laman Badanbahasa.kemdikbud.go.id, Mohammad Yamin yang lahir pada 23 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatera Barat berhasil menempuh pendidikan di HIS Palembang, Algemene Middelbare School atau AMS Yogya, HIS Jakarta, dan Recht Hogeschool Jakarta.Amir Sjarifoeddin (Jong Batak Bond)Seperti dilansir dari buku yang ditulis oleh Yema Siska Purba dengan judul “Amir Sjarifoeddin: Nasionalis yang Tersisih”, pada masa mudanya, Amir aktif mengikuti organisasi Jong Batak Bond, yang merupakan organisasi pemuda Batak. Lahir pada 27 April 1907, Amir yang pernah berkuliah di Rechtshoogeschool te Batavia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pada 3 Juli 1947 hingga 29 Januari 1948.Soegondo Djojopoespito (Perhimpoenan Pemoeda Peladjar Indonesia)Seperti dilansir dari laman Kebudayaan.kemdikbud.go.id, Soegondo Djojopoespito merupakan salah satu sosok yang mendirikan Perhimpoenan Pemoeda Peladjar Indonesia atau PPPI bersama dengan RT Djoksodipoero, Goelarso, Soewirjo, Darwis, dan Sigit. Selain sebagai salah satu pemrakarsa, Soegondo juga merupakan ketua dari PPPI pada 1927, sekaligus ketua Kongres Pemuda Kedua yang diadakan pada 27 hingga 28 Oktober 1928. R.C.L. Sendoek (Jong Celebes)Rumondor Cornelis Lefrand Senduk adalah salah satu putra asli Minahasa, Sulawesi Utara yang mendapat kesempatan sekolah tinggi saat itu. Pada tahun 1904, Senduk melanjutkan studi ke sekolah pendidikan dokter Hindia, Stovia di Batavia.  Namun di Batavia, Senduk menjalin persahabatan erat dengan pemuda dari berbagai daerah untuk menggalang kemerdekaan dan melawan Belanda. Pada Kongres Pemuda II, dia bertindak sebagai Pembantu III. Senduk dikenal sebagai sosok yang merancang pembentukan Palang Merah Indonesia (PMI) pada tahun 1939. Namun karena terlibat dalam pergerakan nasional, Senduk diasingkan ke Papua.Mohammad Rochjani Su’ud (Pemoeda Kaoem Betawi)Mohammad Rochjani Su’ud adalah seorang sarjana hukum berdarah Betawi. Setelah lulus dari Rechshogeschool Betawi, Ia adalah salah satu tokoh organisasi Pemoeda Kaoem Betawi. Dalam sumpah pemuda, ia adalah representasi para pemuda lokal di Batavia. Johannes Leimena (Jong Ambon)Dilansir dari buku Dr. Johannes Leimena,Negarawan Sejati & Politisi Berhati Nurani karya Victor Silaen, Leimena dikenal sebagai seorang teladan karena bersikap jujur dan sederhana. Sukarno menyebutnya sebagai orang paling jujur yang pernah ditemui. Aktif dalam organisasi Jong Ambon, Leimena dikenal sebagai tokoh terkemuka dari organisasi Jong Ambon. Sebagai seorang dokter, Leimena berjasa bagi Indonesia. Salah satu karyanya yang terus dikembangkan hingga saat ini adalah puskesmas. Pilihan Editor: Kisah Muhammad Yamin dan Teks Sumpah Pemuda