Bisnis.com, JAKARTA — Telkom Indonesia (Persero) Tbk menargetkan penambahan pelanggan baru fixed broadband antara 800.000 hingga 1 juta pelanggan setiap tahun.
Direktur Strategic Business Development & Portfolio Telkom Indonesia, Seno Soemadji mengatakan peluang pertumbuhan di bisnis fixed broadband masih sangat besar.
“Setiap tahun kami menargetkan penambahan pelanggan baru antara 800 ribu hingga 1 juta pelanggan baru,” kata Seno dalam Public Expose (Pubex) Live 2025 yang digelar secara daring pada Jumat (12/9/2025).
Seno menjelaskan, fokus Telkom saat ini adalah memperluas penetrasi ke pasar-pasar potensial dengan menjangkau lebih banyak pelanggan baru.
Selain menjaga pendapatan yang berkesinambungan melalui strategi bundling IndiHome dengan layanan digital lainnya, perseroan juga terus berinovasi dalam produk untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan.
Menurutnya, bisnis Telkom Group saat ini masih didominasi oleh segmen consumer yang direpresentasikan oleh Telkomsel dengan kontribusi sebesar 72% dari pendapatan, melalui bisnis seluler dan fixed broadband.
Di segmen seluler, perseroan juga berfokus pada pertumbuhan produk bernilai tambah.
“Kami melihat penyederhanaan varian produk dan starter pack membantu memberikan kemudahan bagi pelanggan dalam memilih paket telekomunikasi yang sesuai dan dipersonalisasi untuk meningkatkan retensi serta peningkatan kualitas jaringan dan pengalaman pelanggan,” kata Seno.
Seno menuturkan, Telkom juga memperkuat strategi bundling dan cross-selling agar setiap pelanggan bisa memperoleh manfaat yang lebih lengkap dari layanan Telkom.
Dengan kombinasi pertumbuhan seluler dan fixed broadband, Telkom optimistis dapat menjaga profitabilitas dan memberikan nilai jangka panjang bagi pemegang saham.
“Dengan kombinasi pertumbuhan di seluler dan fixed broadband, Telkom Indonesia tetap optimis dapat menjaga profitabilitas sekaligus memberikan nilai jangka panjang bagi seluruh pemegang saham,” tutur Seno.
Pada semester I/2025, Telkom mencatat EBITDA sebesar Rp36,1 triliun dengan margin EBITDA 49,5%. Laba bersih tercatat Rp11 triliun, setara margin 15%, mencerminkan efisiensi operasional dan pengelolaan modal yang hati-hati.
Belanja modal atau capex tercatat 13% dari pendapatan, turun dibandingkan periode sama tahun lalu 15,5%.
Penurunan ini berasal dari efisiensi renegosiasi dengan vendor dan penggunaan spesifikasi yang lebih tepat sasaran tanpa mengorbankan kualitas layanan. Dari sisi keuangan, rasio hutang terhadap EBITDA naik tipis dari 1x menjadi 1,2x, sementara hutang bersih terhadap EBITDA tetap stabil di 0,7x.
Adapun rasio hutang terhadap ekuitas berada di 57,2%, dengan hutang bersih terhadap ekuitas turun menjadi 33,8%.
