Bisnis.com, JAKARTA — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap pemanfaatan teknologi radiasi dapat mencegah hilang atau rusaknya pangan Indonesia. Teknologi ini dinilai penting untuk mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan menjaga misi Swasembada Nasional.
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Syaiful Bakhri mengatakan salah satu tantangan utama swasembada pangan di Indonesia adalah tingginya angka food loss, yang mencapai sekitar 50 juta ton per tahun. Jumlah tersebut setara potensi kerugian ekonomi hingga Rp500 triliun.
Food loss merupakan hilangnya atau menurunnya kualitas makanan pada tahap produksi, pasca panen, pemrosesan, dan distribusi dalam rantai pasokan makanan, sebelum makanan tersebut mencapai konsumen akhir.
Ini berbeda dengan food waste, yang merupakan makanan yang dibuang oleh konsumen atau pengecer karena tidak dikonsumsi.
Dalam konteks mencegah food loss, teknologi radiasi dapat membuat umur pangan menjadi lebih panjang.
“Dengan teknologi radiasi pangan, umur simpan bahan pangan bisa diperpanjang dan rantai pasok bisa didukung lebih baik. Ini akan menjadi fondasi penting swasembada pangan dan pengurangan food loss nasional,” ujar Syaiful dalam Webinar Brida bertema Pemanfaatan Teknologi Radiasi untuk Pangan, Jumat (19/9/2025).
Syaiful mengatakan teknologi radiasi pangan terbukti telah diaplikasikan di 60 negara dan menjadi syarat ekspor di banyak negara besar. Hingga saat ini, terdapat hampir 300 instalasi radiasi pangan di dunia yang terbukti efektif memperpanjang umur simpan, menjaga kandungan gizi, dan mengeliminasi mikroba maupun hama tanpa mengubah rasa atau kualitas pangan.
Indonesia baru mulai membangun ekosistem riset dan fasilitas radiasi pangan, seperti fasilitas iradiasi di Kalimantan Timur yang diinisiasi BRIN bersama pemerintah daerah.
Syaiful menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan dukungan pemerintah daerah agar potensi pangan lokal dapat diolah dan diekspor dengan nilai tambah tinggi menggunakan teknologi radiasi.
“Teknologi radiasi bisa mendongkrak daya saing produk dan mempercepat tumbuhnya industri pangan berbasis radiasi di berbagai daerah,” ujarnya.
Inovasi ini berperan mendukung ekspor produk pertanian, menjaga kualitas pangan, dan meningkatkan kemandirian pangan nasional.
Adapun tantangan utama dalam implementasi teknologi radiasi untuk pangan adalah penerimaan publik, serta keterbatasan infrastruktur di daerah. Namun, Syaiful menekankan teknologi ini sederhana, ramah lingkungan, dan mudah diterapkan pemerintah daerah.
BRIN aktif mendorong sosialisasi, pelatihan, serta kolaborasi nasional dan internasional, guna memperkuat ketahanan pangan dan memperbesar devisa ekspor dari sektor pangan.
Dengan optimalisasi teknologi radiasi pangan, BRIN yakin Indonesia mampu menekan angka food loss, memperkuat ketahanan serta kedaulatan pangan, sekaligus memberi nilai tambah dan daya saing pada produk pangan lokal.
