Teknik Bypass Tanpa Henti Jantung Kini Banyak Dipilih, Apa Keunggulannya?

Teknik Bypass Tanpa Henti Jantung Kini Banyak Dipilih, Apa Keunggulannya?

Jakarta

Teknik operasi bypass jantung berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu inovasi yang kini makin banyak dipilih adalah bypass tanpa henti jantung atau off-pump coronary artery bypass (OPCAB).

Metode ini menjadi salah satu topik utama dalam BraveHeart Cardiac Forum 2025 yang digelar di Hotel Four Seasons, Jakarta. Sebagai informasi, BraveHeart merupakan pusat layanan jantung Brawijaya Hospital Group dan memiliki visi ke depan untuk menjadi salah satu layanan jantung terkemuka di Indonesia.

Konsultan Bedah Kardiotoraks & Vaskular Dewasa, dr. Sugisman, Sp.BTKV(K), memaparkan sederet terobosan terbaru di dunia bedah kardiovaskular melalui materi berjudul ‘Current Breakthrough in Cardiovascular Surgery’.

Dalam paparannya, dr. Sugisman menjelaskan dunia bedah jantung telah mengalami perkembangan yang sangat cepat, baik dari sisi teknologi, teknik operasi, hingga pemilihan prosedur yang lebih aman bagi pasien berisiko tinggi.

“Di bidang kardiovaskular surgery, kami terus beradaptasi dengan teknologi dan evidence terbaru. Fokusnya adalah bagaimana membuat operasi lebih aman, cepat pulih, dan memberikan hasil lebih baik bagi pasien,” kata dr. Sugisman, di Grand Ballroom Four Seasons, Selasa (18/11/2025).

Menurutnya, gambaran operasi yang sering dilakukan dalam bedah jantung mayoritas terkait penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, kelainan aorta, hingga tindakan ulang pada pasien yang pernah menjalani operasi sebelumnya.

Tak hanya itu, dr. Sugisman memaparkan berbagai jenis operasi yang menjadi pilar dalam bedah kardiotoraks modern. Beberapa prosedur utama tersebut antara lain CABG (Coronary Artery Bypass Grafting), yakni teknik bypass tradisional yang dilakukan dengan menghentikan jantung sementara dan menggunakan mesin bypass jantung-paru.
Ada pula OPCAB merupakan teknik bypass yang dilakukan tanpa menghentikan jantung sehingga tindakan berlangsung saat organ vital itu tetap berdetak.

Prosedur lain mencakup valve surgery untuk perbaikan atau penggantian katup jantung pada pasien dengan stenosis atau regurgitasi, serta aortic & vascular surgery yang menangani kelainan aorta seperti aneurisma, diseksi, atau gangguan pada pembuluh darah besar lainnya.

Ia juga menyoroti redo cardiac surgery, yaitu operasi ulang bagi pasien yang sebelumnya pernah menjalani bedah jantung, serta minimally invasive cardiac surgery yang dilakukan dengan sayatan minimal untuk mengurangi nyeri dan mempercepat pemulihan.

Tak ketinggalan, ia memaparkan perkembangan robotic cardiac surgery, teknik robotik yang memberikan presisi tinggi, meminimalkan perdarahan, dan mengurangi trauma pada jaringan. Dari keseluruhan kategori tersebut, salah satu teknik yang paling menarik perhatian adalah OPCAB, terutama karena manfaatnya bagi pasien dengan risiko komplikasi tinggi.

Menurut dr. Sugisman, bypass tanpa menghentikan jantung semakin menjadi pilihan pada kasus tertentu. Berbeda dengan teknik CABG konvensional yang menghentikan jantung dan memakai mesin bypass, OPCAB memungkinkan dokter bekerja pada jantung yang tetap berdetak.

“OPCAB sangat bermanfaat untuk pasien risiko tinggi, misalnya pasien usia lanjut, penderita diabetes berat, atau gangguan ginjal. Teknik ini mengurangi risiko inflamasi dan komplikasi neurologis,” jelasnya.

Dalam sesi pemaparannya, dr. Sugisman menyoroti sejumlah keunggulan yang membuat teknik ini semakin populer. Pertama, risiko komplikasi lebih rendah karena prosedur dilakukan tanpa menggunakan mesin bypass jantung-paru, sehingga risiko stroke kecil, gangguan ginjal, dan inflamasi sistemik dapat berkurang signifikan.

“Tanpa menggunakan mesin bypass, tubuh tidak mengalami perubahan fisiologis besar. Ini sebabnya hasilnya lebih baik pada pasien tertentu,” ujarnya.

Selain itu, teknik ini juga menghasilkan perdarahan yang lebih minim, sehingga kebutuhan transfusi darah menjadi lebih rendah dan risiko infeksi dapat ditekan, sekaligus meningkatkan kenyamanan pasien.

Dari sisi pemulihan, proses stabilisasi pascaoperasi umumnya lebih cepat, mengingat jantung tidak perlu dihentikan dan sirkulasi buatan tidak diperlukan. Terakhir, OPCAB dinilai lebih ideal bagi pasien berisiko tinggi, terutama mereka dengan komorbid kompleks yang mungkin tidak kuat menjalani teknik bypass konvensional.

“Tidak semua pasien cocok untuk OPCAB, tapi pada kelompok tertentu teknik ini memberikan perubahan besar,” katanya.

Selain bypass tanpa henti jantung, dr. Sugisman juga menekankan teknik operasi jantung minimal invasif dan robotik adalah masa depan bedah kardiovaskular.

“Minimally invasive dan robotic surgery memungkinkan tindakan yang jauh lebih presisi dengan trauma minimal. Pasien bisa sembuh lebih cepat dan kembali beraktivitas,” tuturnya.

Teknik tersebut kini berkembang untuk operasi katup jantung, perbaikan defek jantung, dan beberapa operasi aorta tertentu.

Dalam sesi yang sama, dr. Sugisman juga membahas redo cardiac surgery-operasi ulang pada pasien yang pernah dioperasi. Prosedur ini memiliki risiko lebih tinggi karena jaringan parut dan perubahan anatomi.

“Redo surgery adalah tantangan tersendiri. Tapi dengan imaging yang baik, perencanaan tepat, dan teknologi modern, angka keberhasilannya terus meningkat,” jelasnya.

Melalui forum BraveHeart 2025 ini, dr. Sugisman menegaskan tujuan dari seluruh inovasi tersebut tetap sama, yakni memberikan hasil terbaik bagi pasien.

“Kita terus bergerak menuju era bedah jantung yang lebih aman, lebih presisi, dan lebih manusiawi. Semua perkembangan ini pada akhirnya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,” katanya.

Dengan semakin berkembangnya teknik seperti OPCAB, minim invasive, hingga robotic surgery, dunia bedah jantung kini menawarkan pilihan yang lebih luas dan aman untuk berbagai kondisi pasien. BraveHeart sebagai pusat layanan jantung Brawijaya Hospital Group dan memiliki visi ke depan untuk menjadi salah satu layanan jantung terkemuka di Indonesia.

(akn/ega)