TB Simatupang Bukan Hanya Nama Jalan, Ini Kisah Perjuangannya

3 January 2024, 9:45

TEMPO.CO, Jakarta – TB Simatupang merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia, meninggal pada 1 Januari 1990. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berdedikasi tinggi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.Nama TB Simatupang tidak hanya diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, tetapi juga sebagai seorang pahlawan nasional yang pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KSAP) atau Panglima TNI saat ini.Profil T.B. SimatupangTahi Bonar Simatupang atau TB Simatupang lahir di Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada 28 Januari 1920. Ia dikenal sebagai murid yang cerdas ketika duduk di bangku sekolah.Dilansir dari Antara, Sim begitu ia disapa menyelesaikan pendidikan di HIS, Simatupang Sim kemudian melanjutkan pendidikan MULO ke Tarutung, hingga tamat 1937. Tak hanya sampai disitu, putra daerah tersebut itu mengejar cita-citanya dengan melanjutkan pendidikan di AMS Jakarta dan tamat tahun 1940.Ketika bersekolah di Algemeene Middelbare School (AMS) Salemba, Jakarta, pada 1937-1940, TB Simatupang, akrab disapa Sim, dikenal sebagai murid cerdas yang memiliki pendirian teguh. Bahkan, ia pernah dikeluarkan oleh guru sejarahnya karena tidak sepakat dengan gurunya yang merendahkan kemampuan bangsa Indonesia.Pendidikan militer Sim dimulai di Koninklije Militaire Academie (KMA) Bandung pada 1941, di mana ia menempuh jurusan zeni. Di dalam akademi militer ini, Simatupang berjumpa dengan Abdul Haris Nasution dan Alex Evert Kawilarang.Peran dalam Perjuangan KemerdekaanSetelah Indonesia merdeka pada 1945, TB Simatupang bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia juga ikut bergerilya bersama Jenderal Sudirman untuk melawan pasukan Belanda.Iklan

Selama bergerilya, ia diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang (WKSAP) RI pada 1948 hingga 1949. Dalam menjalankan tugasnya, ia juga mewakili TNI dalam delegasi Republik Indonesia menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.Simatupang diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KSAP) dengan pangkat Mayor Jenderal setelah Jenderal Soedirman meninggal pada 1950. Jabatan ini membawahi setiap Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, dan Kepala Staf Angkatan Udara.Ia memilih pensiun dini dari militer dengan jabatan terakhir Penasehat Militer Departemen Pertahanan dan berpangkat Letnan Jenderal pada usia 39 tahun, setelah merasa tidak dapat lagi bekerja sama dengan Presiden Sukarno.Setelah pensiun dini, Sim melanjutkan pengabdian dalam berbagai bidang. Ia menjadi penasehat militer dalam perundingan-perundingan penting, seperti Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar.Pengabdian setelah militer tidak hanya terbatas pada ranah nasional, tetapi juga internasional, seperti ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia dan Dewan Gereja-Gereja se Asia.M RAFI AZHARI  | GERIN RIO PRANATA Pilihan Editor: Pak Sim atau TB Simatupang dari Kapten jadi Jenderal dalam Tempo 6 Tahun

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi