Sumenep (beritajatim.com) – Sebanyak 47 pekerja di dapur program makan bergizi gratis (MBG) hingga saat ini belum menerima kontrak jelas terkait berapa besaran upah yang akan mereka terima. Buntutnya, sejumlah pekerja memilih berhenti dari dapur MBG.
Salah satu pekerja yang berhenti adalah Moh Farid (56). Ia bekerja di dapur MBG bersama istrinya, Asia Wulandari (48). Namun karena hingga saat ini dirinya belum menerima kejelasan berapa upah yang akan diterima, ia memutuskan untuk berhenti.
“Sampai saat ini kami belum dapat upah sama sekali. Bahkan kami juga tidak tahu, berapa nantinya upah yang akan kami dapatkan,” katanya, Jumat (31/01/2025).
Ia mengaku sudah pernah menanyakan perihal upah tersebut ke Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG) Sumenep, Mohammad Kholilur Rahman, namun tidak ada jawaban yang memuaskan.
“Sejak pelatihan untuk program MBG, bahkan sampai kami sudah 2 minggu bekerja di dapur MBG, tetap belum ada kepastian. Mangkanya saya dan istri akhirnya pilih berhenti,” ujarnya.
Tidak hanya Farid yang memilih berhenti dari dapur MBG. Ada beberapa pekerja dapur MBG yang memutuskan hal sama, berhenti dapur MBG dengan berbagai alasan.
Ada yang beralasan sama seperti Farid yakni tidak ada kejelasan upah, namun ada juga yang memilih berhenti karena tidak kuat dengan jam kerja yang menurut mereka terlalu panjang.
Sementara Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG) Sumenep, Mohammad Kholilur Rahman, membenarkan ada beberapa orang yang mundur dari dapur MBG. Ia menyebut sekitar 5 orang.
“Tidak banyak kok yang berhenti. Ya itu hak mereka. Mau lanjut silahkan, berhenti juga silahkan. Mereka semua itu statusnya relawan, bukan karyawan,” terangnya.
Ia mengakui jika sampai saat ini belum ada MoU atau penandatanganan kesepakatan dengan para relawan, terkait upah yang akan diterima.
“Yang jelas akan ada upah untuk mereka. Hitungannya harian, tapi dibayarkan bulanan. Untuk besaran pastinya, ia mengaku belum mengetahui pasti. Yang jelas, gaji untuk relawan akan diambilkan dari pagu anggaran diterima oleh SPPG,” ungkapnya.
Hanya saja, lanjut Kholilur Rahman, upah yang akan diterima di bawah UMK mengingat status mereka adalah relawan. “Mereka itu relawan. Bukan karyawan. Jadi upah yang diterima tentu saja di bawah UMK,” terangnya.
Program makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Sumenep telah dimulai pada Senin (13/01/2025). Program tersebut menyasar 2.965 siswa di 18 sekolah yang berada di wilayah Kota Sumenep. (tem/ian)
