JAKARTA – Militer Israel membuka rute tambahan selama 48 jam yang dapat digunakan warga Palestina untuk meninggalkan Kota Gaza seiring dengan peningkatan upaya mereka untuk mengosongkan kota dari warga sipil dan menghadapi ribuan pejuang Hamas.
Ratusan ribu orang berlindung di kota tersebut dan banyak yang enggan mengikuti perintah Israel untuk bergerak ke selatan karena bahaya di sepanjang jalan, kondisi yang buruk, kekurangan makanan di wilayah selatan, dan kekhawatiran akan pengungsian permanen.
“Sekalipun kami ingin meninggalkan Kota Gaza, adakah jaminan kami bisa kembali? Akankah perang berakhir? Itulah mengapa saya lebih suka mati di sini, di Sabra, lingkungan saya,” ujar Ahmed, seorang guru sekolah, melalui telepon dilansir Reuters, Rabu, 17 September.
Dilaporkan 30 orang tewas di Jalur Gaza pada Rabu dalam serangan terbaru Israel, termasuk 19 orang di Kota Gaza, kata otoritas kesehatan setempat.
Sehari setelah Israel mengumumkan peluncuran serangan darat untuk merebut kendali pusat kota utama Gaza, tank-tank telah bergerak dalam jarak pendek menuju wilayah tengah dan barat kota dari tiga arah, tetapi tidak ada kemajuan besar yang dilaporkan.
Seorang pejabat Israel mengatakan operasi militer difokuskan untuk mengungsikan warga sipil ke selatan dan pertempuran akan semakin intensif dalam satu atau dua bulan ke depan.
Pejabat itu mengatakan Israel memperkirakan sekitar 100.000 warga sipil akan tetap berada di kota itu.
Operasi tersebut dapat ditangguhkan jika gencatan senjata dicapai dengan kelompok militan Hamas.
Prospek gencatan senjata tampak kecil setelah Israel menyerang para pemimpin politik Hamas di Doha pekan lalu, yang membuat Qatar, salah satu mediator dalam perundingan gencatan senjata, marah.
Menentang kritik global atas serangan tersebut, termasuk kecaman dari sekutu setia Israel, Amerika Serikat, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan menyerang para pemimpin Hamas di mana pun.
Saat berkunjung ke Doha pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan “waktu yang sangat singkat” di mana gencatan senjata dapat terjadi, yang tampaknya merujuk pada rencana Israel untuk menghancurkan Hamas dengan kekerasan di Gaza.
