Jakarta –
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) menarik 73 produk jajanan latiao, camilan viral asal China tersebut belakangan berkaitan dengan kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di sedikitnya tujuh daerah.
Sejauh ini, banyak ditemukan di lingkup sekolah dasar. Kebanyakan dari mereka mengeluhkan gejala mual, muntah, hingga memerlukan perawatan lebih lanjut. Kepala BPOM RI Taruna Ikrar mewanti-wanti risiko bahaya yang muncul berkaitan dengan temuan bakteri.
“Karena di dalamnya mengandung bacelius cerius yang bisa menimbulkan toksin, dan telah berdampak di 7 daerah. Dari 341 sarana yang telah diperiksa, terdiri dari 214 ritel atau toko, 27 distributor, 100 kantin dan warung di area sekolah, sebanyak 9,68 persen atau 33 saran yaitu 20 distributor, 12 ritel dan 1 toko warung di area sekolah ditemukan menjual latio dengan total 77.219 pieces dengan 95 item atau varian,” terang Taruna, Senin (4/11/2024).
Sebagai catatan, bakteri bacillus cereus adalah bakteri berbentuk batang yang sering menjadi penyebab keracunan makanan, tapi juga dapat menyebabkan infeksi di luar saluran pencernaan. Bakteri ini dapat bertahan di berbagai kondisi lingkungan dan memproduksi zat berbahaya yang disebut faktor virulensi, termasuk enterotoksin dan toksin emetik (cereulide) yang dapat menyebabkan muntah, serta berbagai enzim yang merusak jaringan tubuh.
Walaupun dikenal sebagai penyebab keracunan makanan, Bacillus cereus juga dapat mengakibatkan infeksi serius seperti pneumonia, sepsis, dan infeksi sistem saraf pusat, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
“Ada banyak faktor yang membuat jajanan seperti itu, kita tahu barang pangan itu terbagi dua, pangan kemasan. Ada yang high risk, dan low risk. Nah latiao termasuk sebetulnya awalnya kita anggap low risk, ternyata high risk.”
“Karena dia high risk, kita mengambil langkah tegas dan cepat, kita tidak mau nanti tumbuh mikroorganisme yang pertama kita dapatkan uji lab baru basilus, tapi boleh jadi high risk muncul bakteri lain. Mungkin jamur, fungi dan bisa berdampak pada sistem saraf, sistem metabolisme kita, kemudian ada faktor lain lagi,” lanjut dia.
BPOM RI masih terus melanjutkan uji sampel, saat ini baru ada 4 merek di antaranya yang teridentifikasi positif cemaran. Pengujian selambatnya dilakukan dalam waktu sepekan.
(naf/naf)