Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Taiwan mencatat adanya lonjakan signifikan terkait serangan siber dari China pada 2024. Negara dengan julukan Naga Kecil Asia itu mendapat 2,4 juta serangan per hari atau dua kali lipat jika dibandingkan dengan 2023.
Melansir dari Reuters, Selasa (7/1/2025) berdasarkan laporan yang dirilis oleh Biro Keamanan Nasional Taiwan, diketahui bahwa sebagian besar serangan ini berasal dari pasukan siber China.
Serangan tersebut diketahui menargetkan berbagai sektor kritikal, termasuk telekomunikasi, transportasi, dan pertahanan.
Meskipun banyak serangan berhasil dideteksi dan diblokir, laporan tersebut menyoroti bahwa volume serangan yang meningkat menunjukkan intensifikasi upaya peretasan yang dilancarkan oleh China.
Serangan ini sejalan dengan tekanan militer dan politik yang semakin meningkat dari Beijing terhadap Taiwan, yang terus menolak klaim kedaulatan China.
Menurut Biro Keamanan Nasional Taiwan, jaringan layanan pemerintah (GSN) menerima rata-rata 2,4 juta serangan harian sepanjang 2024, jauh lebih tinggi dibandingkan 1,2 juta serangan yang tercatat pada 2023.
“Meskipun banyak dari serangan tersebut telah dideteksi dan diblokir secara efektif, peningkatan jumlah serangan menunjukkan sifat yang makin parah dari aktivitas peretasan Tiongkok,” kata laporan tersebut.
Ilustrasi serangan siberPerbesar
Serangan-serangan tersebut, yang umumnya berupa teknik peretasan canggih seperti ancaman persisten tingkat lanjut (APT) dan perangkat lunak pintu belakang, ditujukan untuk mengganggu infrastruktur vital Taiwan, termasuk jalan raya dan pelabuhan.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa banyak serangan diluncurkan bersamaan dengan latihan militer China di sekitar Taiwan. Serangan tersebut melibatkan penolakan layanan terdistribusi (DDoS) untuk mengganggu akses ke situs web pemerintah, lembaga transportasi, dan lembaga keuangan.
Pada tahun 2024, China menggelar dua putaran latihan besar di sekitar Taiwan, pada bulan Mei dan Oktober, yang dijuluki “Joint Sword 2024A” dan “Joint Sword 2024B”.
Selain itu, serangan juga ditujukan pada email pegawai negeri sipil Taiwan, dengan metode rekayasa sosial yang bertujuan untuk mencuri informasi sensitif.
Pasukan siber Tiongkok berusaha untuk menembus sistem keamanan Taiwan, memanfaatkan setiap celah untuk merusak stabilitas dan memanfaatkan data yang dicuri untuk kepentingan strategis China.
“Upaya semacam itu berupaya mengganggu operasi pemerintah Taiwan, serta memperoleh keuntungan di bidang politik, militer, teknologi, dan ekonomi,”
Di sisi lain, China secara rutin membantah keterlibatannya dalam serangan siber, meskipun banyak negara, termasuk Amerika Serikat, secara terbuka menuding peretas China dalam sejumlah serangan besar.