Jember (beritajatim.com) – Survei terhadap seratus hari pertama kinerja Bupati Muhammad Fawait dan Wakil Bupati Djoko Susanto memimpin Kabupaten Jember, Jawa Timur, tak mengukur dampak konflik antara duet pemimpin tersebut.
Hal ini diakui Sufyanto, Direktur The Republic Institute, saat memaparkan hasil surveinya kepada wartawan di Jo Cafe, Kabupaten Jember, Minggu (15/6/2025). “Fokus kami adalah kinerja kepala daerah dan wakil kepala daerah,” katanya.
Menurut Sufyanto, tidak menutup kemungkinan konflik itu mempengaruhi leveel elite. “Tapi riset ini kan tidak hanya level elite. Ini kan yang kita riset adalah masyarakat. Ternyata di masyarakat hasilnya seperti ini,” katanya.
“Apakah (konflik) itu mempengaruhi atau tidak? Hasil risetnya seperti ini. Itu yang kita wawancarai tadi sebanyak 800 orang yang mewakili seluruh penduduk di Kabupaten Jember,” kata Sufyanto.
Berdasarkan riset yang dilakukan pada 15-22 Mei 2025, sekitar 82,8 persen masyarakat Jember nenilai kinerja Bupati Fawait dan Wabup Djoko Susanto dalam seratus hari memuaskan. Hanya 10,5 persen responden yang menyatakan tidak puas dan 6,7 responden tidak menjawab.
Sufyanto mengatakan konflik antara Bupati Fawait dan Wabup Djoko bisa jadi berdampak jika riset tersebut memasukkan variabel media sosial. “Kalau misalnya tidak ada (konflik) itu bisa jadi (kepuasan publik) lebih tinggi lagi,” jelasnya.
Sufyanto menegaskan, riset tersebut memperhatikan tiga aspek dalam masyarakat, yakni sosiologis, rasionalitas, dan psikologis. “Riset ini adalah penggabungan dari tiga hal itu. Hasilnya seperti ini,” katanya.
Konflik antara Bupati Fawait dan Wabup Djoko sudah terlihat sejak mereka dilantik Presiden Prabowo Subianto, 20 Februari 2025. Dalam beberapa kesempatan acara resmi pemerintah daerah, Djoko tidak pernah dilibatkan.
Saat dua kali absen dalam sidang paripurna DPRD Jember, Fawait menunjuk sekretaris daerah untuk mewakili. Terakhir, Djoko mengaku tidak pernah diberitahu soal keberangkatan Fawait ke Amerika Serikat 8-15 Juni 2025. [wir]
