Supriyadi Bukan Pemuda Biasa, Pemimpin PETA Blitar yang Jadi Menteri di Usia 22 Tahun

27 October 2023, 20:01

TEMPO.CO, Jakarta – Mengacu kemhan.go.id, setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyusun kabinet pertama. Pada kabinet itu, berdasarkan Maklumat Pemerintah 6 Oktober 1945, Soeprijadi atau Supriyadi diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat. Namun, kabar Supriyadi tidak terdengar lagi setelah perlawanan Pembela Tanah Air (PETA) Blitar, Jawa Timur. Akibatnya, ia digantikan oleh Muhammad Soeljoadikusuma sebagai Menteri Keamanan Rakyat Ad interim berdasarkan Maklumat Pemerintah 20 Oktober 1945, seperti tertulis dalam perpusnas.go.id. Supriyadi adalah anak Bupati Blitar, Darmadi yang lahir pada 13 April 1923 di Blitar. Ia menempuh pendidikannya di Eoropeesche Lagere School (sekolah dasar). Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (sekolah pertama) dan Sekolah Pamong Praja di Magelang. Supriyadi terpilih menjadi Menteri Keamanan Rakyat ketika berusia 22 tahun ini dipilih tidak tanpa alasan. Saat 6 bulan menuju proklamasi kemerdekaan, terjadi pemberontakan PETA di Blitar, Jawa Timur terhadap pasukan Jepang. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Supriyadi dengan pangkat shodanco atau Komandan Pleton.PETA merupakan organisasi militer bentukan militer Jepang di Indonesia yang didirikan pada Oktober 1943. Jepang merekrut pemuda Indonesia sebagai tentara teritorial untuk mempertahankan Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera sebagai antisipasi serangan pasukan sekutu Perang Dunia II. Merujuk kulonprogokab.go.id, tentara PETA mendapatkan pelatihan militer dari tentara pendudukan Jepang di Indonesia yang belum pernah mengalami pengalaman tempur. Supriyadi bersama rekan-rekanya yang merupakan lulusan angkatan 1 pendidikan PETA di Bogor dikembalikan ke daerah asalnya untuk bertugas di bawah daidan (Batalyon) Blitar. Hati nurani mereka tersentuh ketika melihat penderitaan rakyat Indonesia yang ditindas oleh tentara Jepang, seperti Romusha (kerja paksa), kelaparan, dan berbagai penyakit tanpa diobati. Para prajurit PETA juga naik pitam ketika melihat tindakan tentara Jepang yang kerap melecehkan perempuan Indonesia.Atas dasar tersebut, PETA melakukan pertemuan rahasia sejak September 1944. Supriyadi merencanakan aksi sebagai revolusi menuju kemerdekaan. Akhirnya, 14 Februari 1945 terpilih sebagai waktu yang tepat lantaran ada pertemuan seluruh anggota dan komandan PETA di Blitar. Akibatnya, banyak anggota lain yang akan ikut bergabung.Iklan

Berdasarkan munasprok.go.id, pada 14 Februari 1945 pukul 03.00 WIB, pasukan PETA menembakkan mortir ke Hotel Sakura, kediaman para militer Jepang. Selain itu, mereka juga menembak Markas Kempetai dengan senapan mesin. Pada aksi yang lain, salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia akan Merdeka” dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia sudah Merdeka!”.Sayangnya, pemberontakan PETA tidak berjalan mulus. Supriyadi gagal menggerakkan satuan lain untuk memberontak sehingga rencana ini diketahui pihak Jepang. Menanggapi aksi tersebut, Jepang mengirimkan pasukan militer untuk meredakan PETA. Sebanyak 78 orang perwira dan prajurit PETA ditangkap dan dimasukkan ke penjara sampai akhirnya diadili di Jakarta. Sebanyak 6 orang divonis hukuman mati pada 16 Mei 1945, sebanyak 6 orang dipenjara seumur hidup, dan sisanya dihukum sesuai tingkat kesalahan. Namun, keberadaan Supriyadi tidak diketahui yang menghilang secara misterius sampai saat ini. RACHEL FARAHDIBA R  | IDRIS BOUFAKAR Pilihan Editor: Kisah Soeprijadi di Blitar Melancarkan Pemberontakan PETA 78 Tahun Lalu, Apa Itu PETA?

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi