Sumpah Pemuda dan Politik Identitas

1 November 2022, 6:35

Bangsa Indonesia harus mengawal pesta demokrasi agar tidak merusak fondasi kebangsaan yang diperjuangkan para pendiri bangsa. Pada tanggal 28 Oktober tahun 2022 ini, bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda ke-94. Peristiwa ini sangat penting untuk diperingati, mengingat pada tahun 28-Oktober 1928, para tokoh pemuda dari berbagai kelompok, pertama kalinya memproklamirkan dirinya untuk menomorsatukan  tanah air, bangsa  dan Bahasa  Indonesia. Pada Momentum  Sumpah Pemuda itu para tokoh-tokoh pemuda  itu mengangkat suatu sumpah yang berbunyi: Pertama. Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,Tanah Indonesia. Kedoea., Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia, Mengakoe   Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. Ketiga. Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. Sebagaimana dicatat dalam sejarah, bahwa momentum  Sumpah Pemuda  itu digagas oleh Persatuan Pelajar Indonesi (PPI) yang kemudian  didukung dan dihadiri oleh para  tokoh tokoh pemuda dari berbagai latar belakang identitas seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Sekar Rukun, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi. Menurut salah satu tokoh pemuda pada saat itu, Muhammad Jamin ada lima faktor faktor untuk memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.Untuk mengenang hari  bersejarah ini, kementerian Pemuda dan Olah Raga telah menggelorakan peringatan Sumpah Pemuda dengan berbagai kegiatan  yang melibatkan  anak-anak muda dalam berbagai kegiatan dan kreativitas seperti: Apresiasi Wirausaha Muda Berprestasi, Pekan Kreativitas Pemuda Indonesia, Apresiasi Pemuda Berprestasi Internasional dan Pemuda Difabel Tingkat Nasional, Apresiasi Pemuda Pelopor Nasional, Latihan Kepemimpinan Purna Paskibraka Nasional, Tik Tok Challenge Sumpah Pemuda, Senam Nasional Aerobik, Pertemuan Forum Rektor untuk kemegarusutamakan pembangunan kepemudaaan. Bahkan dari kegiatan itu ada yang   dilaksanaakan di Ibu Kota Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Berbagai kegiatan itu tentunya  untuk mengkinikan semangat  Sumpah Pemuda . Sehingga semangat sumpah Pemuda sesuai dengan  konteks perkembangan zaman.Mengelola Identitas Primer, Mengutamakan Identitas Sekunder Isu Jokowi Maju Cawapres, Prabowo: Semua Kemungkinan Kita HormatiBerbagai event yang telah dilakukan oleh pemerintah dan juga unsur masyarakat dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda itu tentunya sangat penting dan signifikan untuk digelorakan. Namun demikian aspek paling penting yang merupakan pesan  inti (core message) tidak boleh dilupakan sampai kapanpun bahwa dalam event sejarah Sumpah Pemuda 94 tahun yang lalu para tokoh pemuda menymapikan ikrar untuk menomorsatukan identitas sekunder dalam bentuk kesepakatan untuk menjadi, bangsa Indonesia dalam wadah tanah air Indonesia dan menggunakan Bahasa nasional Indonesia. Selain pada saat itu komitmen kebangsaan juga diperkokoh dengan dinyanyikannya lagu Indonesia raya. Para tokoh pemuda itu menyadari untuk tidak mengedapankan identitas primer mereka yaitu dalam bentuk etnisitas yang berbeda–beda. Tilaar 2007 dalam Winarno, 2013, menyebutkan bahwa identitas primer merupakan identitas  etnis, yaitu identitas yang mengawali terjadinya identitas sekunder, yang dibentuk atau direkonstruksi berdasarkan hasil kesepakatan bersama sebagai sebuah bangsa. Sumpah Pemuda merupakan momentum pertama yang merekonstruksi identitas sekunder para tokoh Pemuda yang bersepakat untuk bertanah air satu dan berbangsa satu yaitu, bangsa Indonesia dan menggunakan satu Bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia. Namun demikian dalam pembentukan sebuah bangsa sebagai identitas sekunder, seperti Indonesia, tidak boleh melupakan identitas primer, identitas primordial dan identitas sakral. Menurut  Ramlan surbakti (2007 pembentukan bangsa negara tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor identitas primordial, sakral, tokoh kesediaan bersatu dalam perbedaan, sejarah dan kelembagaan. Identitas primordial dapat dirujuk kepada kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan suku bangsa, daerah asal (home land), bahasa dan adat istiadat.  Sedangkan identitas sakral adalah kesamaan agama, kepercayaan  atau ideologi doktriner lain. Sumpah pemuda yang diikrarkan pada 94 tahun lalu merupakan penyatuan identitas primordial dan sakral yang diwakili oleh para tokoh–tokoh pemuda untuk menyampaikan aspirasi bersatu kedalam satu tanah air, satu bangsa dan satu Bahasa: Indonesia. Sumpah Pemuda: Penomorsatuan Idenitas SekunderBeberapa tahun ke depan atau tepatnya tahun 2024, bangsa Indonesia akan mempunyai hajatan politik dalam bentuk Pemilu seretak yang akan memilih presiden, kepala daerah gubernur , bupati, walikota anggata DPR pusat dan daerah dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah ( DPD). Dalam kontestasi ini, wacana  politik identitas kembali muncul dan dikhawatirkan akan mengganggu jalannya pesta demokrasi atau bahkan mengancam  persatuan dan kesatuan yang menjadi jati diri bangsa Indonesia ini. Para kontestan yang bersaing dikhawatirkan akan mengusung politik identitas sebagai strategi mobilisasi politik mereka. Tentu yang dimaksud dengan politik identitas yang dikhawatirkan ini adalah identitas primer etnis, identitas primordial dan identitas sakral. Kehawatiran ini bukan omong kosong. Dua kali Pemilihan Presiden pada tahun 2014-2019 dan 2019-2024 dan Pemilihan Gubernur DKI 2017 telah diwarnai oleh kapitalisasi politik identitas yang menyebabkan polarisasi di masyarakat dan merusak semangat untuk bertoleransi, saling menghormati. Kejadian merebaknya politik identitas selama kontestasi politik tersebut sangat bertentangan dengan semangat tokoh Pemuda yang mengikrarkan sumpah Pemuda  pemuda 94 tahun yang lalu. Mereka  telah mengikrarkan diri untuk mengutamakan identitas sekunder dalam bentuk kesepakatan untuk bertanah air , berbangsa dan berbahasa satu, Indonesia, tanpa menghilangkan identitas primer, primordial dan sakral. Event politik itu belum cukup untuk menghilangkan kehawatiran banyak pihak bahwa proses politik ke depan bisa melupakan pesan inti dari sumpah Pemuda ini.Oleh karena itu, Seluruh komponen bangsa untuk tidak bosan-bosannya untuk saling mengingatkan hikmah atau nilai inti Sumpah Pemuda khususnya dalam menghadapi event politik yang sangat besar atau bahkan pertama kali dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.  Bangsa Indonesia harus selalu menjaga agar pesta demokrasi yang besar ini tidak merusak fondasi kebangsaan yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa, para tokoh pemuda. Proses demokrasi yang saat ini tahapan-tahapnnya  sudah dimulai seharusnya akan memperkuat  fondasi bangsa yaitu persatuan. Oleh karena itu sudah seharusnya semua elemen anak bangsa untuk menyadari dan mengimbau para tokoh politik untuk mencontoh para tokoh pemuda yang mengikrarkan Sumpah Pemuda 94 tahun yang lalu. Dengan demikian, proses demokrasi nanti selain menghasilkan para pemimpin yang absah (legitimate) juga memperkkokoh fondasi kebangsaan kita. Dengan demikian gerak maju demokrasi bisa berjalan beriringan dengan semangat kebangsaan yang sudah dipelopori dan dirintis oleh para tokoh pemuda yang mengikrarkan diri dalam sumpah pemuda. Momen peringatan sumpah pemuda ini sebaiknya dijadikan lonceng agar para politisi mencontoh para tokoh pemuda itu. Caranya antara lain misalnya dengan membuat kesepakatan untuk menomorsatukan identitas kebangsaan diatas identitas primer, primordial dan kesakralan.*Penulis: Dr. Sri Yunanto (Dosen Magister Ilmu Politik, FISIP, Universitas Muhammadiyah Jakarta)Hari Sumpah Pemuda, Kejati DKI Jakarta Tanam Ribuan Pohon Bakau di Hutan Mangrove PIK

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi