Sudah Pantaskah RI Jadi Tempat Pulang bagi Para Ilmuwan?

10 August 2023, 7:55

Jakarta, CNN IndonesiaEkosistem penelitian di Indonesia dinilai belum menunjang buat pengembangan ilmu para periset secara maksimal buntut hambatan fasilitas hingga birokrasi.
Sebelumnya, Jokowi meminta kepada seluruh penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk segera kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studi di universitas luar negeri.
Jokowi sampai mengulang kata “pulang” sebanyak tiga kali di hadapan penerima beasiswa LPDP. “Saya titip, pulang, pulang, pulang,” kata dia, di acara LPDP Fest, Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (3/8).

Ia juga meminta penerima beasiswa LPDP untuk berkarya dan jangan mengendapkan ilmunya sendiri. Jokowi juga mengatakan penerima beasiswa tetap pulang ke tanah air meski gaji di Indonesia lebih rendah ketimbang di luar negeri.
“Meskipun gaji sendiri rendah sedikit, tetap pulang. Meski fasilitas enak di negara lain, tetap pulang,” pintanya.
Senada, dalam acara Pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2027 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (31/1/2022), Jokowi juga meminta praktisi teknologi informasi (IT) yang juga kader muda NU Ainun Najib pulang ke Indonesia.
Dia meminta Ainun, yang masih berdomisili di Singapura, untuk membangun ekosistem digital di dalam negeri.

Apakah Indonesia sudah layak jadi rumah bagi para ilmuwan?
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengatakan seharusnya para peneliti yang berkarier di luar negeri tak pulang ke Indonesia lantaran ekosistem riset di dalam negeri terbilang labil.
“Kasihan, enggak akan berkembang mereka (peneliti). Karena lingkungan [riset] sudah pasti, tidak menunjang,” kata dia kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/8).
“Mereka dari pada pulang mendingan tinggal di sana aja supaya ilmunya berkembang terus, risetnya semakin maju, siapa tahu mendapat hadiah Nobel (penghargaan buat ilmuwan berbagai bidang paling prestisius),” cetusnya.
Ia pun tak mempermasalahkan lokasi riset terhadap status ke-Indonesia-an.

“Misalnya dapat hadiah Nobel, kita bisa bilang orang Indonesia dapat hadiah Nobel meskipun risetnya di luar sana. Enggak ada masalah,” ucapnya.
Bicara riset dan penelitian tak bisa dilepaskan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), lembaga riset raksasa yang jadi sentral peneliti dalam negeri lantaran sudah meraup lembaga-lembaga ilmiah lainnya.
“Selama dua tahun ini di mana ada peleburan dari lembaga-lembaga riset menjadi BRIN, maka terjadi suatu kemunduran dari ekosistem riset di Indonesia,” ungkap Guru Besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.
Menurutnya, ada perbedaan persepsi dalam pengelolaan ekosistem riset antara lembaga dengan peneliti.

“BRIN itu menganggap riset ekosistemnya harus dilebur semua lembaga riset supaya efisien dan bisa diawasi dengan ketat,” katanya.
“Sedangkan menurut periset, secara universal yang disebut dengan ekosistem adalah terjadinya penguatan kapasitas kelembagaan sehingga mampu memberdayakan para perisetnya untuk mencapai kemutakhiran keilmuannya,” tutur Satryo.
Salah satu efek sentralisasi periset itu, katanya, adalah perlakuan terhadap peneliti yang dianggap “pegawai.”
“Kalau sebagai pegawai maka periset itu tidak boleh memiliki suatu ide atau gagasan, harus mematugi semua kepegawaian yang berlaku,” ucapnya.

“Kasian kalau [peneliti] disuruh pulang dan masuk BRIN, jadi pegawai BRIN nanti. Artinya yang jadi pegawai itu melakukan kegiatan rutin,” kata Satryo, “Sedangkan periset itu bukan rutin. Untuk mencari hal baru yang kita belum tahu.”
Saat mengomentari soal ajakan pulang buat Ainun, Pengamat Sosial Rissalwan Lubis menilai Pemerintah tak menunjukkan keseriusan untuk mengundang kembali ilmuwan potensial untuk membangun Indonesia.
“Saya tidak melihat keseriusannya. Kalau mau serius bikin dong seperti zamannya Pak Habibie. Jadi jangan cuman kasih statement. Dikasih tempat untuk berkembang,” ujar dia, Jumat (4/2/2022).
“Kalau dipanggil terus disuruh membangun sendiri, ya orang-orang enggak akan pada mau balik,” cetus dia.

Kondisi di luar negeri di halaman selanjutnya…

Kondisi di Luar Negeri Jauh

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi