Jakarta –
Sebuah studi kontroversial yang mempromosikan hidroksiklorokuin, obat antimalaria, sebagai pengobatan untuk COVID-19 telah resmi ditarik.
Elsevier, sebuah perusahaan penerbitan akademis Belanda yang memiliki International Journal of Antimicrobial Agents, mengeluarkan pencabutan studi yang dilakukan pada Maret 2020, dengan mengatakan “kekhawatiran telah muncul mengenai artikel ini, yang substansinya berkaitan dengan kepatuhan artikel terhadap kebijakan etika penerbitan Elsevier dan pelaksanaan penelitian yang tepat yang melibatkan partisipan manusia”.
Diberitakan The Guardian, hidroksiklorokuin sempat disebut-sebut sebagai pengobatan untuk virus corona pada saat tidak banyak opsi yang tersedia. Studi awal ini diterbitkan tepat ketika negara-negara menjalani lockdown dan bangsal rumah sakit serta kamar mayat mulai terisi penuh.
Hal itu memberikan secercah harapan ketika dokter hanya memiliki sedikit perawatan yang tersedia untuk virus yang baru muncul itu. Belum lagi penyakit tersebut telah membunuh puluhan ribu orang dalam gelombang pertamanya.
Namun, rekan-rekan ilmuwan dengan cepat meragukan ukuran penelitian, kelemahan ilmiah, dan etika. Penelitian lanjutan gagal mengonfirmasi temuannya. Kini, jurnal yang pertama kali menerbitkan penelitian itu, bersama tiga dari 18 penulisnya telah setuju untuk menariknya.
Sejak publikasi studi tersebut, tiga penulisnya, Johan Courjon, Valérie Giordanengo, dan Stéphane Honoré, telah menghubungi jurnal tersebut untuk menyampaikan kekhawatiran mereka “mengenai penyajian dan interpretasi hasil” dan menyatakan bahwa mereka “tidak ingin lagi melihat nama mereka dikaitkan dengan artikel tersebut”.
Sementara itu, beberapa penulis lain tidak setuju dengan pencabutan tersebut dan membantah alasan pencabutan tersebut, demikian bunyi pemberitahuan pencabutan tersebut.
Menurut Nature, studi terkait pengobatan Hidroksiklorokuin untuk COVID-19 merupakan makalah terkait pengobatan SARS-COV-2 yang paling banyak dikutip.
(kna/kna)