Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Sosok Mohammed Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza: Lebih Misterius dari Yahya Sinwar – Halaman all

Sosok Mohammed Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza: Lebih Misterius dari Yahya Sinwar – Halaman all

Sosok Muhammad Sinwar yang Membangun Kembali Hamas di Gaza, Lebih Misterius dari Yahya Sinwar

 
TRIBUNNEWS.COM – Media Amerika Serikat (AS), The American Wall Street Journal melaporkan kalau Mohammed Sinwar, adik dari mantan ketua Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas, mendiang Yahya Sinwar, sedang membangun kembali gerakan tersebut.

Rekonstruksi kembali kekuatan Hamas ini dilakukan  dengan merekrut para petempur baru di Jalur Gaza.

Laporan menyebut, tujuan rekonstruksi kembali gerakan Hamas ini guna menghadapi Israel dalam taktik perang atrisi (perang gesekan) dalam jangka panjang.

Surat kabar tersebut melaporkan, gerakan Hamas mengalami pukulan hebat pada musim gugur lalu (Oktober 2024) setelah pembunuhan Yahya Sinwar.

“Namun agresi Israel di Jalur Gaza juga menciptakan generasi pejuang baru dan memenuhi Gaza dengan persenjataan yang belum meledak sehingga perlawanan memproduksi ulang menjadi bom yang mereka gunakan di pertempuran yang sedang berlangsung di Jalur Gaza,” tulis laporan itu.

Analis militer Israel, pensiunan Mayor Jenderal Israel Amir Afifi, menyatakan program rekrutmen petempur baru Hamas di bawah kepemimpinan Mohammed Sinwar ini membuat laju Hamas dalam membangun kembali kemampuannya lebih cepat dibandingkan laju pemusnahan pejuang Hamas oleh tentara Israel.

Para petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza. Israel menyebut Hamas mampu memperbarui kekuatan militernya dengan merekrut puluhan ribu petempur baru. (khaberni/tangkap layar)

“Kepemimpinan Mohammed Sinwar dan pertempuran yang sedang berlangsung  merupakan tantangan baru bagi Israel,” kata dia, dilansir Khaberni, Selasa (14/1/2025).

Afifi menekankan kalau Mohammed Al-Sinwar “mengatur segalanya” dan bahwa dia “berfokus upaya untuk menghidupkan kembali Hamas.” 

Dia mengatakan bahwa setelah pembunuhan Yahya Al-Sinwar, para pejabat gerakan Hamas di luar negeri memutuskan “untuk membentuk dewan kepemimpinan kolektif” untuk menunjuk pemimpin baru, namun para pejuang Hamas di Gaza tidak mematuhinya. 

“Sekarang mereka secara mandiri bertempur di bawah kepemimpinan Si Sinwar Junior,” menurut mediator Arab yang terlibat dalam perundingan gencatan senjata dengan Israel.

Surat kabar tersebut mengatakan bahwa Mohammed Al-Sinwar – yang berusia sekitar 50 tahun – dekat dengan kakak laki-lakinya, yang 10 tahun lebih tua darinya, bergabung dengan Hamas pada usia dini lewat Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Hamas, di bawah komando Muhammad al-Deif.

Yahya Sinwar (Kiri) dan Muhammad Sinwar (Kanan) (X/Twitter)

Lebih Misterius

Berbeda dari saudaranya Yahya Sinwar, yang dipenjara selama lebih dari dua dekade di Israel, Mohammed Sinwar tidak menghabiskan waktu lama di penjara pendudukan. 

Dia juga lebih tidak dikenal dan teridentifikasi oleh Israel. 

Sinwar Junior lebih banyak bekerja di belakang layar, yang membuatnya mendapat julukan “Manusia Bayangan.”

Seorang pejabat senior Israel dari Komando Selatan tentara pendudukan mengatakan, “Kami bekerja keras untuk menemukannya,”.

Laporan media AS tersebut, mengutip analis politik – menyatakan Mohammed Al-Sinwar sekarang adalah komandan militer tertinggi Hamas di Gaza, bersama dengan dengan Izz al-Din Haddad, komandan militer di Gaza utara.

Menurut pejabat Israel, Mohammed al-Sinwar termasuk di antara mereka yang bertanggung jawab atas penculikan seorang tentara Israel pada tahun 2006.

Penculikan tentara Israel ini akhirnya menyebabkan pembebasan saudaranya, Yahya Sinwar dalam kesepakatan pertukaran tahanan 5 tahun kemudian.

Sebelum dimulainya agresi, Israel memperkirakan Hamas sebagai milisi akan memiliki hingga 30.000 pejuang yang didistribusikan di 24 batalyon dalam struktur yang mirip dengan tentara reguler. 

Tentara pendudukan Israel saat ini mengklaim kalau mereka menghancurkan struktur terorganisir tersebut, membunuh sekitar 17.000 pejuang, dan menangkap ribuan lainnya.

Penentu Keputusan Hamas Soal Draft Gencatan Senjata

Situs web Israel, Walla melaporkan perkembangan negosiasi pertukaran tahanan dan sandera antara Gerakan Hamas dan Israel demi tercapainya kesepakatan gencatan di Gaza.

Mengutip para pejabat Israel, laporan itu menyatakan kalau Israel dan para mediator (Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat) menyetujui rancangan terkait perundingan dengan gerakan Hamas.

“Draf tersebut telah dikirim ke Hamas, dan tanggapannya diperkirakan akan diberikan dalam waktu 24 jam ke depan,” kata laporan itu dikutip Khaberni, Senin (13/1/2025).

Menurut sumber tersebut, orang yang akan mengambil keputusan akhir atas rancangan tersebut adalah komandan sayap militer Hamas di Gaza, Mohammed Sinwar, dalam beberapa literatur menyebut dengan Muhammad al-Sanwar.

Menurut situs Ibrani tersebut, pihak Israel sudah sangat fleksibel dalam beberapa hari terakhir mengenai sejumlah masalah dalam negosiasi tersebut.

Para pejabat menambahkan, Israel menunggu tanggapan Hamas, setelah itu baru akan ditentukan apakah kesepakatan telah tercapai atau belum.

Komandan Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas di Gaza, Muhammad al-Sanwar.

Berada di Titik Kritis, Kesepakatan Israel-Hamas Hampir Final

Negosiasi untuk gencatan senjata di Jalur Gaza dilaporkan berada pada titik “kritis”.

Delegasi Israel tiba di ibu kota Qatar, Doha, pada Minggu (12/1/2025), dipimpin oleh Kepala Mossad, David Barnea.

Seorang sumber senior di Hamas secara eksklusif mengatakan kepada situs berbahasa Arab milik The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed, pada Sabtu bahwa hampir semua rincian dari “konsep akhir” kesepakatan gencatan senjata Gaza telah selesai.

Sumber tersebut mengungkapkan bahwa para mediator kini bersiap mengumumkan kesepakatan gencatan senjata, setelah delegasi Israel yang dikirim oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tiba.

Upaya gencatan senjata sebelumnya telah gagal, tetapi kali ini, sumber Palestina menunjukkan bahwa situasinya berbeda, dan kesepakatan gencatan senjata hampir siap.

Sumber Palestina lainnya mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa tim teknis dari negara-negara mediator, termasuk AS, Qatar, dan Mesir, serta kedua belah pihak, telah menyelesaikan persiapan kesepakatan tersebut.

Mereka menambahkan bahwa kesepakatan itu akan dilaksanakan dalam 24 jam setelah Netanyahu menyetujuinya.

Jejak asap terlihat setelah tembakan roket dari Jalur Gaza menuju Israel, pada 26 September 2024. (Foto oleh Abed Rahim Khatib/Flash90.)

Utusan Donald Trump Hadir

Pada Jumat (10/1/2025), Steve Witkoff, utusan Presiden Terpilih AS Donald Trump, tiba di Doha.

Kunjungan tersebut bertujuan mempercepat proses negosiasi gencatan senjata.

Witkoff bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.

Setelah itu, ia bertemu dengan Netanyahu di Israel pada Sabtu.

Faktor lain yang memperkuat kemungkinan tercapainya kesepakatan gencatan senjata kali ini adalah pertemuan yang akan datang antara Gal Hirsch, pejabat Israel yang bertanggung jawab atas negosiasi tawanan yang ditahan oleh Hamas, dengan Kepala Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Mirjana Spoljaric Egger.

Hamas dilaporkan akan membebaskan 33 tawanan Israel pada tahap awal perjanjian, sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina.

Ada indikasi bahwa Trump ingin mengamankan kesepakatan gencatan senjata sebelum pelantikannya sebagai Presiden AS pada 20 Januari.

Israel Mungkin Menarik Pasukan dari Koridor Philadelphia

Meskipun rincian kesepakatan gencatan senjata masih dirahasiakan, Al-Araby Al-Jadeed melaporkan bahwa usulan gencatan senjata terbaru melibatkan penarikan pasukan Israel dari Koridor Philadelphia, yang memisahkan Jalur Gaza dari Mesir, pada hari-hari terakhir perjanjian tersebut.

Netanyahu sebelumnya bersikeras untuk menguasai Koridor Philadelphia serta Persimpangan Netzarim di tengah Jalur Gaza.

Hal ini yang menyebabkan gagalnya perundingan sebelumnya, yang memperpanjang Perang Gaza.

Pada tahap awal perjanjian, pasukan Israel akan mundur sebagian dari Gaza, sementara pos pengamatan Israel di wilayah yang hancur akan tetap ada, menurut sumber yang berbicara kepada Al-Araby Al-Jadeed.

Penarikan penuh pasukan Israel akan terjadi pada akhir perjanjian.

Netanyahu Bicara dengan Biden

Joe Biden diperkirakan menelepon PM Israel, Netanyahu bicarakan terkait Philadelphia pada Rabu (21/8/2024), malam (X/Twitter)

Mengutip Al Jazeera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Presiden AS Joe Biden pada Minggu.

Netanyahu memberi tahu Biden tentang mandat yang telah dia berikan kepada tim negosiasi Israel, yang kini berada di Doha, untuk membahas gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan tawanan.

Tim Israel diperkirakan akan tinggal setidaknya satu hari lagi di Doha untuk merampungkan rincian akhir kesepakatan potensial.

Biden menekankan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk gencatan senjata, meskipun pernyataan serupa telah disampaikan lebih dari setahun yang lalu.

Serangan Israel Berlanjut

Meski ada kemajuan dalam negosiasi gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangan terhadap warga sipil di Jalur Gaza.

Serangan udara Israel menewaskan delapan orang di sebuah sekolah yang menampung pengungsi di Jabalia, Gaza Utara, dilansir The New Arab.

Setidaknya 46.565 orang tewas akibat serangan Israel, sebagian besar wanita dan anak-anak, dengan lebih dari 109.000 lainnya terluka.

Wilayah tersebut mengalami kehancuran total akibat serangan, dan sebagian besar penduduk terpaksa mengungsi berkali-kali. Jumlah korban tewas yang sebenarnya diyakini lebih tinggi daripada angka resmi.

 

(oln/khbrn/*)