Soft Launching Buku Bandawasa Negeri Taman Bumi: Menyingkap Bondowoso dari Megalitikum hingga Geopark

Soft Launching Buku Bandawasa Negeri Taman Bumi: Menyingkap Bondowoso dari Megalitikum hingga Geopark

Bondowoso, (beritajatim.com) – Buku berjudul Bandawasa Negeri Taman Bumi resmi diperkenalkan melalui soft launching di Kelurahan Sekarputih, Kecamatan Tegalampel, Bondowoso, Minggu (31/8/2024).

Karya setebal 460 halaman ini terdiri atas 13 pupuh, dirancang oleh Lutfi Khoiron, dengan penutur kisah utama Sinung Sudrajad.

Dalam pemaparannya, Lutfi Khoiron menegaskan bahwa Bondowoso memiliki posisi istimewa dalam sejarah Nusantara.

“Bondowoso ini riwayatnya seperti papan—ditulis, dihapus, lalu ditulis lagi. Sejak era kapitayan hingga kolonial, selalu menjadi pusat,” ucapnya.

Ia menyebut catatan penting mulai dari letusan dahsyat Gunung Raung pada 1586, tragedi 11 Maret 1767 yang menewaskan sekitar 80 ribu jiwa, hingga kewajiban Bondowoso menyetor 200 ton beras ke VOC pada 1771.

Menurutnya, sejumlah tokoh besar seperti Sunan Giri dan Arya Wiraraja diyakini berasal dari Bondowoso. Bahkan, dawuh Mbah Ronggo—Bupati Pertama Bondowoso—menyebut Patih Gajah Mada yang pertama kali “meletakkan paku emas” di Bondowoso.

“Penduduk Bali Age pun asal-usulnya dari Bondowoso. Tuhan memang menciptakan Bondowoso sebagai taman bumi, sama seperti Ijen Purba dan bentang geologis lainnya,” kata Lutfi.

Sementara itu, Sinung Sudrajad menegaskan pentingnya buku ini sebagai penguat identitas lokal. “Seorang dari bangsa Estonia pernah berpesan, untuk menghancurkan bangsa cukup dengan memutus mata rantai generasi dengan leluhurnya. Buku ini hadir untuk menyambung kembali rantai itu,” ujarnya.

Ia menyadari masih ada kekurangan teknis dalam naskah, namun menegaskan bahwa hal itu justru menandakan otentisitas karya.

“Buku ini lahir dari proses panjang, bukan hasil instan. Kami juga mengapresiasi karya-karya penulis Bondowoso sebelumnya,” tambahnya.

Menurut Sinung, Bondowoso adalah peradaban pertama di tapal kuda, yang ditetapkan pula sebagai pusat kota megalitikum..Seni tradisi lokal seperti pojien disebut masih menyimpan jejak budaya megalitikum.

“Bondowoso pernah jadi pusat karisidenan Besuki, bahkan tercatat dalam Kakawin Nagarakertagama karya Mpu Prapanca. Dari klasik, Islam, kolonial, hingga kemerdekaan, Bondowoso selalu jadi bagian penting peradaban,” terangnya.

Ia menutup dengan pesan bahwa sejarah selalu berulang. “Dulu Bondowoso dikenal sebagai Taman Jawa. Kini, masuk dalam kawasan Geopark Taman Bumi. Itu bukti sejarah terus berulang,” pungkasnya. [awi/aje]