Sistem Pemilu Terbuka Diklaim yang Terbaik

23 February 2023, 22:26

INFO NASIONAL – Anggota MPR/DPR dari Partai Golkar, Dave Akbarshah Fikarno, mengatakan, dalam pemilu tidak ada sistem yang sempurna. “Pasti ada plus minus, kurang lebih, ada yang dikecewakan, ada pula yang dipuaskan,” kata dia dalam Diskusi Empat Pilar MPR yang bertema  Sistem Pemilu dan Masa Depan Demokrasi Pancasila yang digelar di Media Center, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, 22 Februari 2023.Menurutnya, dari semua sistem yang ada, sistem pemilu yang menganut proporsional terbuka merupakan sistem terbaik. Dengan sistem terbuka mampu memberikan otoritas, kesempatan, kepada rakyat untuk menentukan siapa yang rakyat inginkan untuk menjadi wakilnya, baik di DPRD maupun DPR.Dave menegaskan, sistem yang sudah berjalan, sistem terbuka, jangan dilucuti lagi. Sebab, bangsa ini pernah mengalami pemilu dengan sistem tertutup. Itu terjadi pada Pemilu tahun 1955, 1971, 1975, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999. Pada Pemilu 2004 sudah menggunakan sistem campuran, terbuka dan tertutup. “Dan pada tahun 2009 sudah menggunakan sistem terbuka,” ujarnya.Menurut Dave, pemilu menggunakan sistem terbuka, dari tahun 2009, 2014, dan 2019, merupakan kemajuan demokrasi, dimana benar-benar memberikan kesempatan yang terbuka kepada rakyat untuk mermilih calonnya.Dengan sistem terbuka, dia melanjutkan, rakyat bisa memilih, menentukan calonnya, dengan bebas. Jangan sampai hanya untuk kepentingan elit oligarki sistem yang sudah bagus dirusak dan dikembalikan ke masa lalu. “Golkar berhasil menggalang partai lain untuk tetap menjaga  sistem proporsional terbuka,” kata dia.Menurut Dave, Golkar sebenarnya tidak bermasalah bila sistem tertutup digunakan. Dari Pemilu 1971 hingga 2004 yang menggunakan sistem tertutup, Golkar tetap bisa survive. Meski demikian, ia menegaskan, partainya tidak berpikiran untuk kepentingan elit partai. Golkar tetap ingin masyarakat bisa memiliki hak untuk memilih dan menyampaikan pandangannya dengan bebas dan luas.Pembicara lain dalam diskusi itu, Wahyu Sanjaya, membenarkan apa yang dikatakan oleh Dave, bahwa tidak ada sistem pemilu yang sempurna. “Sistem yang sudah ada, sistem terbuka, sudah baik,” kata anggotra MPR/DPR dari Fraksi Partai Demokrat itu.Menurutnya, dengan sistem terbuka, tingkat partisipasi pemilih sudah terbaik karena rakyat ingin melihat calon yang mereka dukung bisa terpilih. “Kalau dikembalikan ke sistem tertutup, kesempatan bagi rakyat untuk mengenal calonnya menjadi berkurang,” ujarnya.Ia mengatakan, bahwa bangsa ini telah berjuang demi tegaknya reformasi. Bila kembali ke sistem tertutup maka hal demikian mengkhianati reformasi. “Sistem terbuka atau tertutup sebenarnya domainnya ada di DPR bukan di tempat lain (MK),” kata Wahyu.Pengamat Politik Ujang Komarudin yang juga hadir sebagai pembicara mengataman, sistem terbuka banyak nilai baiknya. Hanya orang-orang yang bekerja dan dekat dengan rakyatlah yang akan terpilih. “Bila menggunakan sistem tertutup maka hal yang demikian akan menutup calon-calon dari kalangan aktivis dan orang-orang yang benar bekerja di lapangan,” ujarnya. “Tak hanya itu kembali ke sistem terutup akan mengembalikan bangsa ini ke masa Orba”. (*)

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi