Sinyal Stasiun Cicalengka Masih Pakai Blok Mekanik, Penyebab 2 Kereta Tabrakan?

7 January 2024, 11:51

Petugas berusaha mengevakuasi jenazah korban kecelakaan kereta api yang mengalami kecelakaan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTOTabrakan antara dua kereta yakni KA Turangga dan KA Commuterline terjadi di KM 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka, Kabupaten Bandung pada Jumat (5/1). PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI melaporkan ada empat orang meninggal dunia dalam peristiwa tabrakan KA Turangga dan KA Commuter Line Bandung di kawasan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Terdiri dari masinis, asisten masinis, pramugara, dan petugas PAM di Stasiun Cimekar. Hingga kini, penyebab tabrakan masih diinvestigasi pihak terkait. Masalah jalur kereta hanya ada satu (single track) dan persinyalan mencuat.Di sisi lain, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno, mengungkapkan sistem sinyal di Stasiun Cicalengka ternyata beda dengan Stasiun Haurpugur yang sudah elektrik.“Di tengah tingginya perjalanan KA di lokasi ini, sistem persinyalan di Stasiun Cicalengka dan Stasiun Haurpugur rupanya berbeda. Sinyal di Stasiun Cicalengka masih menggunakan sinyal blok mekanik, sedangkan sinyal di Stasiun Haurpugur berupa sinyal elektrik,” beber Djoko dalam keterangannya. Perbedaan model persinyalan ini akan membedakan cara pengoperasiannya. Makanya, petugas pengatur perjalanan KA (PPKA) akan mengatur perjalanan KA di dua stasiun ini harus memiliki keterampilan mengoperasikan persinyalan yang berbeda ini.Petugas saat evakuasi korban kereta api lokal Bandung Raya yang bertabrakan dengan kereta api Turangga di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Foto: Rizal Fs/Biro Adpim JabarDi jalur rel tunggal, sinyal menandakan kereta boleh atau tidak boleh melintas setelah dipastikan bahwa petak jalan yang akan dilintasi kereta itu dirasa aman. Karena jalur tunggal akan digunakan bergantian perjalanan kereta api dengan dua arah yang berbeda.“Oleh sebab itu, PPKA harus memastikan bahwa tidak ada KA lain di petak jalan itu sebelum memberikan sinyal aman bagi KA yang akan melintas,” kata Djoko.Desak KAI Rampungkan Proyek Jalur Ganda Selain masalah sinyal, yang juga harus dibenahi KAI adalah jalur ganda (double track) yang hingga kini pembangunannya belum juga rampung. Pembangunan jalur ganda ini mengacu data dari Balai Teknik Perkeretapian (BTP) Jawa Barat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.Pengamat Transportasi Universitas Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno.
Foto: Aris Wasita/ANTARAMenurut Djoko, kepatuhan menjalankan aturan dan prosedur menjalankan keselamatan perjalanan kereta api menjadi faktor lebih penting menentukan untuk menghindari kecelakaan yang fatal. Masalah rel tunggal (single track) dan rel ganda (double track) tidak ada masalah sepanjang diikuti prosedur yang sudah ada.Pada kejadian tabrakan tersebut, jalur kereta api masih tunggal (single track), sehingga perjalanan kereta api dua arah harus berjalan bergantian.“Pengerjaan proyek ini dilakukan tahun jamak (multi year). Sayangnya, belum usai proyek ini terwujud, rute Haurpugur-Cicalengka telah menelan jatuhnya korban akibat tabrakan antar KA,” katanya. Proyek ini bagian dari upaya peningkatan jumlah jalur kereta api di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Proyek rel ganda itu membentang sejauh 23 kilometer dan terbagi ke dalam dua tahap.Tahap I terbentang mulai dari Gedebage-Cimekar-Rancaekek-Haurpugur sejauh 14 kilometer dan tahap II sepanjang 9 kilometer yang terbagi dua rute, yakni dari Kiaracondong-Gedebage dan Haurpugur-Cicalengka.Pengerjaan berupa penataan emplasemen, pengembangan stasiun, sky bridge, pembangunan sistem persinyalan dan telekomunikasi di 13 stasiun, yaitu Stasiun Padalarang, Stasiun Gadobangkong, Stasiun Cimahi, Stasiun Cimindi, Stasiun Andir, Stasiun Ciroyom, Stasiun Bandung, Stasiun Kiaracondong, Stasiun Gedebage, Stasiun Cimekar, Stasiun Rancaekek, Stasiun Haurpugur, dan Stasiun Cicalengka.Foto udara proses evakuasi jenazah korban kecelakaan kereta api yang mengalami kecelakaan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (5/1/2024). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTOPengerjaan rel ganda (double track) Padalarang–Bandung–Cicalengka upaya peningkatan kapasitas lintas sebagai persiapan pendukung rencana elektrifikasi jalur KA antara Padalarang–Cicalengka dengan menata emplasemen stasiun dan pembangunan stasiun dan pembangunan sistem persinyalan dan telekomunikasi, serta penanganan pelintasan sebidang sebanyak 12 lokasi.Lebar jalan rel yang digunakan 1.067 mm, jenis rel R-54, gradien maksimum 10 persen, radius minimum 800 meter, jembatan bentang lebih 10 meter sebanyak 12 unit dan menggunakan metode konstruksi timbunan dan galian.“Nantinya waktu tempuh commuter line Bandung Raya sekitar 35 menit dengan headway 35 menit yang melintas Padalarang–Gadobangkong–Cimahi–Cimindi–Andir–Ciroyom–Bandung PP,” ujar Djoko.Di samping itu, ada kereta feeder kereta cepat Whoosh Padalarang– Cimahi–Bandung melaju 90 km per jam dengan waktu tempuh 22 menit, headway 20 menit dan waktu integrasi kereta cepat Whoosh-KA Feeder kisaran 6-7 menit.Pembangunan jalur ganda ini ditargetkan rampung tahun 2024, sehingga sekarang pengerjaan jalur ganda belum rampung. Lintasan ini tergolong ramai, dalam keseharian dilintasi 60 commuter line dan 22 KA jarak jauh.”Keselamatan dan kenyamanan menjadi dambaan penumpang angkutan umum seperti moda kereta api. Percepatan elektrifikasi commuter line Bandung Raya sangat ditunggu masyarakat. Peristiwa tabrakan KA di jalur ini menjadi pengingat semua pihak untuk meningkatkan manajemen keselamatan perkeretaapian di Indonesia,” katanya.

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

,

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi