Serangan Siber Makin Beringas, Peretas Incar Sistem Utama dan Cadangan

Serangan Siber Makin Beringas, Peretas Incar Sistem Utama dan Cadangan

Bisnis.com, JAKARTA—  Ancaman serangan siber, khususnya ransomware, masih menjadi momok nyata bagi perusahaan di Indonesia. Peretas kini tidak hanya menyerang sistem utama, juga sistem cadangan. 

Country Leader Veeam Indonesia, Laksana Budiwiyono mengatakan kasus ransomware sering kali menimbulkan dampak berlipat karena sistem cadangan data atau backup perusahaan ternyata tidak dikelola dengan baik.

“Ya, ransomware masih nyata ada, walaupun itu bukan hal baru. Kalau mungkin terakhir ini kita jarang denger ya, harapan kita gak terjadi gitu ya, tapi ya itu masih 350% masih meningkat,” kata Laksana dalam acara Veeam Media Briefing di Jakarta pada Kamis (25/9/2025). 

Menurut Laksana, situasi yang umum terjadi di lapangan adalah perusahaan baru menyadari lemahnya sistem cadangan ketika terkena serangan. 

Dia menyebut banyak kasus di mana backup tidak dapat dipulihkan atau hanya menyimpan data lama, sehingga tidak relevan lagi dengan kebutuhan operasional.

Bahkan, menurutnya, pelaku siber kini tidak hanya menyerang sistem utama, tetapi juga menjadikan backup sebagai target.

“Cyber attacker, penjahat cyber, dia kalau nyerang itu sekarang udah sepasang. Engga produksinya doang. Backup-nya juga diincer mau diserang. Itu nyata,” katanya. 

Dia menegaskan Veeam terus meningkatkan kemampuan layanan keamanan, mulai dari pemantauan harian, dukungan ketika terjadi insiden, hingga pendampingan pasca-serangan.  

Laksana menambahkan, dalam beberapa kasus, perusahaan bahkan meminta bantuan Veeam untuk memberikan masukan saat menghadapi tuntutan tebusan dari penyerang. Namun, dia mengingatkan, membayar tebusan justru bisa memicu siklus serangan baru.

“Kalau kita tanya ya sebaiknya jangan. Karena permintaan tebusan itu juga bisa jadi kayak kita kena target berikutnya lagi. Berulang. Artinya, wah ini kalau dari sisi penjahat ini kan customer yang potensial. Punya duit mau bayar, nanti kerjain lagi. Inilah lingkaran setan,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan Chua Chee Pin, Vice President untuk Asia Tenggara dan Korea (SEAK) Veeam. 

Menurutnya, ancaman siber sangat dinamis dan terus berkembang, terutama dengan keterlibatan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

“Masalahnya tentang ancaman siber adalah berubah begitu cepat. Terutama dengan AI. Ada banyak cara baru bagi pelaku kejahatan untuk melakukan sesuatu kepada Anda. Baik itu ransomware, eksfiltrasi data, ada banyak sekali jenisnya,” kata Chee Pin.

Dia mencontohkan sebuah kasus di Korea di mana penyerang menggunakan stasiun pemancar palsu untuk menipu pengguna layanan seluler sehingga data pribadi bisa dieksfiltrasi. 

Menurutnya, pola serangan baru terus muncul dan sulit ditentukan mana yang paling umum terjadi di Indonesia.

“Di Asia Tenggara, sayangnya, banyak negara termasuk di antara negara-negara yang paling banyak diserang di kawasan ini,” tambahnya.

Chee Pin menekankan, Veeam telah memperkenalkan layanan manajer akun teknis (technical account manager/TAM) untuk membantu perusahaan memahami risiko yang spesifik pada lingkungan mereka. 

Melalui TAM, pelanggan bisa mendapat pembaruan rutin terkait tren ancaman dan cara mitigasi. Menurutnya, langkah ini membantu perusahaan lebih siap menghadapi ancaman, karena analisis serangan terbaru bisa dibagikan secara berkala kepada pelanggan. 

“Jadi, memiliki TAM tentu saja akan membantu pelanggan memahami lebih baik apa itu ancaman dan bagaimana kita dapat menanggapinya,” katanyq.