Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Sentimen The Fed hingga Geopolitik Bebani Rupiah Memasuki 2025 – Page 3

Sentimen The Fed hingga Geopolitik Bebani Rupiah Memasuki 2025 – Page 3

Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah jelang Tahun Baru 2025. Koreksi rupiah hingga 54 poin ini berpotensi timbulkan kekhawatiran.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan, berbagai faktor eksternal dan internal menjadi penyebab utama melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

Secara eksternal, salah satu faktor utama adalah kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Ibrahim menuturkan, pada 2025, The Fed berpeluang tidak akan menurunkan suku bunga sebanyak yang diperkirakan sebelumnya. 

“Salah satunya adalah the fed yang kemungkinan besar Tahun 2025 tidak akan menurunkan suku bunga lebih banyak lagi,” ujar Ibrahim dalam keterangan yang diterima, Jumat (27/12/2024).

Dia menuturkan, jika kebijakan Presiden Donald Trump pada masa mendatang bertentangan dengan kondisi pasar, bahkan ada potensi The Fed menaikkan suku bunga. Hal ini mendorong penguatan dolar AS, yang secara langsung melemahkan nilai tukar rupiah.

“Bahkan kalau kebijakan-kebijakan Trump nanti berlawanan dengan pasar, kemungkinan besar Bank Sentral Amerika tidak menurunkan suku bunga, bahkan bisa saja menaikkan suku bunga, itu yang pertama,” ujar dia.

Kedua, faktor geopolitik juga turut memperburuk situasi. Konflik yang masih berlangsung di Timur Tengah serta ketegangan antara Rusia dan Ukraina memanaskan situasi global, terutama di kawasan Eropa. Gejolak ini memperkuat posisi dolar AS sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian.

Selain itu, kondisi ekonomi China yang masih bermasalah juga memberi dampak besar. Sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, perlambatan di China mempengaruhi banyak negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Ibrahim menjelaskan bahwa masalah ekonomi di China menyebabkan guncangan di kawasan Asia, yang pada akhirnya memengaruhi ekonomi global.

“Ini membuat kondisi perekonomian di kawasan Asia ya ini mengalami satu permasalahan dan ini berdampak terhadap ekonomi global karena kita melihat bahwa Tiongkok adalah salah satu negara ekonomi terbesar kedua di dunia,” ujar dia.