Bisnis.com, JAKARTA — Gangguan sinyal yang parah melumpuhkan GPS dan BeiDou di kota Nanjing, China timur. Pemadaman satelit ini terjadi pada hari Rabu pekan lalu dan berlangsung selama 6 jam.
Kota Nanjing di China Timur, merupakan rumah bagi setidaknya 10 juta penduduk. Layanan mereka bergantung pada GPS dan BeiDou, diantaranya navigasi mobil, pengiriman makanan, layanan transportasi daring, hingga operasi drone.
Karena gangguan yang terjadi, pihak berwenang menginformasikan, sinyal lokasi yang biasa digunakan menjadi tidak akurat dan tidak bisa dijadikan patokan.
Warga juga melaporkan pergeseran posisi yang parah dan hilangnya informasi jalan secara total, menyebabkan gangguan rutinitas dan aktivitas bisnis di seluruh kota.
Disadur dari Interesting Engineering Selasa (23/12/2025), pesanan layanan transportasi daring turun hingga 60%, layanan pengiriman makanan turun 40%, dan sistem berbagi sepeda mencatat kesalahan lokasi hingga 35 mil, secara signifikan mempengaruhi mobilitas dan logistik perkotaan.
Interferensi Sinyal Sistem Navigasi Satelit Global (GNSS) mengakibatkan kesalahan lokasi yang parah. Analisis teknis oleh Asosiasi Industri Aplikasi Satelit Nanjing menyebutkan gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan dan penekanan sementara GNSS, bukan karena kegagalan jaringan seluler.
Asosiasi tersebut menjelaskan gangguan tersebut secara khusus menargetkan pita frekuensi sipil dari Beidou dan GPS. Sehingga mencegah penerima mendeteksi sinyal posisi secara akurat akibatnya, navigasi menjadi tidak efektif.
Aplikasi peta offline tidak bisa menampilkan lokasi yang akurat dan sering error total. Ini terjadi karena perangkatnya tidak mendapat sinyal penentu posisi (seperti GPS). Akibatnya, pengguna tidak bisa bernavigasi atau menggunakan layanan yang membutuhkan data lokasi.
Pemerintah China tidak menjelaskan siapa yang menyebabkan gangguan atau alasannya. Mereka mengatakan jika gangguan yang terjadi akibat pengendalian sinyal untuk keamanan acara besar, tindakan tersebut adalah bagian dari protokol standar. Ini menunjukkan acara dengan keamanan tinggi sedang berlangsung.
Setelah kejadian tersebut secara bertahap sinyal satelit yang relevan kembali normal, memulihkan layanan navigasi bagi pengguna yang terdampak juga aplikasi yang bergantung pada lokasi di seluruh kota.
Secara keseluruhan, peristiwa ini menunjukkan bagaimana sistem navigasi satelit dirancang tidak hanya untuk penggunaan sipil, tetapi juga sebagai bagian dari strategi keamanan. BeiDou dan GPS memiliki pendekatan teknis yang berbeda dalam memisahkan sinyal militer dan sipil, namun keduanya sama-sama bertujuan menjaga operasi militer tetap aman tanpa mengorbankan layanan bagi masyarakat umum.
Gangguan yang terjadi secara bersamaan pada sinyal sipil BeiDou dan GPS dinilai para ahli bukan sebagai kebetulan. Kondisi ini mencerminkan perencanaan strategis jangka panjang, di mana setiap upaya untuk mengganggu satu sistem secara otomatis akan berdampak pada sistem lainnya. Dalam konteks potensi konflik, hal ini menciptakan mekanisme saling mengawasi dan menyeimbangkan kekuatan. (Nur Amalina)
