Jakarta –
Belakangan ini, jagat media sosial diramaikan oleh unggahan yang menyebut Dexamethasone sebagai ‘obat dewa’. Hanya saja, label ‘dewa’ ini bisa menyimpan masalah besar bagi kesehatan jika asal dikonsumsi.
Pakar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Zullies Ikawati menjelaskan dexamethasone adalah golongan kortikosteroid kuat yang bekerja menekan sistem imun dan peradangan.
Karena kemampuannya masuk ke berbagai sistem tubuh, efeknya memang terasa luas, namun sekaligus menyimpan bom waktu bagi kesehatan jika dikonsumsi sembarangan.
Dexamethasone bukan sekadar obat pereda nyeri biasa. Cara kerjanya meniru hormon steroid (kortisol) yang diproduksi secara alami oleh kelenjar adrenal manusia. Menurut Prof Zullies, sifatnya yang memengaruhi banyak sistem tubuh sekaligus inilah yang membuat efek sampingnya sangat beragam.
“Jika digunakan terlalu lama atau terlalu sering, akan banyak efek sampingnya. Risiko ini dipengaruhi oleh lama penggunaan, dosis, frekuensi dan juga kondisi tubuh,” ungkap Prof Zullies.
Ancaman ‘Moon Face’ hingga Osteoporosis
Bukan tanpa alasan Dexamethasone masuk dalam kategori obat keras. Berbagai literatur medis menyebutkan bahwa penggunaan steroid jangka panjang dapat memicu sindrom Cushing. Gejala yang paling khas adalah moon face atau pembengkakan wajah hingga berbentuk bulat akibat gangguan distribusi lemak.
Selain itu, sebuah studi dalam jurnal Frontiers in Endocrinology mencatat bahwa glukokortikoid seperti Dexamethasone secara langsung menghambat pembentukan tulang dan mempercepat pengeroposan.
Akibatnya, pengguna jangka panjang berisiko tinggi mengalami osteoporosis meskipun usianya masih muda.
Secara medis, asupan steroid dari luar menyebabkan kelenjar adrenal “malas” bekerja karena menganggap stok hormon dalam tubuh sudah cukup.
Prof Zullies memperingatkan bahwa penghentian mendadak bisa membuat tubuh mengalami syok hebat.
“Jadi dexamethasone ini tdk boleh dihentikan mendadak kalau sdh dikonsumsi lama karena nanti tubuh bisa kaget dan bisa muncul keluhan seperti lemas yang ekstrem, tekanan darah turun sampai syok,” tegasnya.
Bukan Obat Pegal Linu
Dia mengimbau tidak menjadikan dexamethasone sebagai solusi untuk keluhan harian seperti badan pegal atau kelelahan. Prof Zullies menyarankan agar masyarakat kembali merujuk pada obat yang lebih spesifik dan aman.
“(Dexamethasone) tidak boleh digunakan hanya karena capek atau biar badan enak,” ucap dia.
Sebagai obat keras, penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter demi menghindari kerusakan organ tubuh.
“Untuk nyeri yang ringan atau radang yang ringan, maka tidak perlu menggunakan dexamethasone, cukup dengan parasetamol atau obat anti inflamasi non steroid lain misal asam mefenamat,” pungkasnya.
Halaman 2 dari 3
Simak Video “Video: Amankah Pemberian Teh Pada Anak?”
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)
