Romo Magnis Nilai Situasi Indonesia Genting, Singgung soal KPK, Putusan MK, hingga Etik Ndasmu

28 January 2024, 21:54

TEMPO.CO, Jakarta – Pengajar Filsafat dan Etika, Franz Magnis Suseno mengaku resah dengan situasi politik yang terjadi saat ini. Romo Magnis, demikian Franz Magnis akrab disapa, menilai kondisi Indonesia sedang genting, terutama pasca-pengebirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga manipulasi putusan Mahkamah Konstitusi (MK).“Saya sedikit mau menjelaskan situasi itu genting. Kemarin saya ditanya sahabat saya, Din Syamsudin, jawabnya saya pegang prinsip saya. Pokoknya jangan yang terburuk. Terus terang saya tidak punya masalah dengan pasangan AMIN dan Ganjar-Mahfud,” kata Romo Magnis dalam acara “All Out Ganjar Mahfud” yang diadakan Alumni SMA TOP GAN, gabungan SMA Kanisius, Pangudi Luhur, Tarakanita, Santa Ursula, St Theresia, Gonzaga, dan Loyola di kawasan Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada Minggu, 28 Januari 2024. Selain itu, Romo Magnis juga mengenang pencapaian reformasi yang terjadi pada 1998. Menurut dia perjuangan reformasi untuk mendemokratisasi Indonesia, saat ini justru ternodai dengan kondisi politik yang sedang terjadi. “Kalau gentingnya situasi, bagi saya sederhana. Kita dalam reformasi dengan mengorbankan orang banyak, akhirnya menginstal demokrasi dan HAM atas dasar Pancasila,” kata dia. Romo Magnis juga menyinggung ungkapan calon presiden Prabowo Subianto yang pernah berujar soal “etik ndasmu” saat acara internal Partai Gerindra. Ungkapan Prabowo itu viral setelah tersebar di media sosial sekaligus mendapat banyak kecaman dari masyarakat dan lawan politiknya. Iklan

“Dan, sekarang kita menghadapi etika ndasmu. Apakah kita dipimpin dengan orang tanpa etika? Saya melihat ada tanda-tanda sekarang bukan hanya arah pemilihan mau dipengaruhi penguasa, tapi ada tanda-tanda mau dimanipulasi. Kita berada di situasi gawat sejak sebelum reformasi,” ujar Romo Magnis.Tak hanya itu, Romo Magnis juga merasa ragu terhadap presiden yang muncul pada Pilpres 2014, usai terpilihnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Peristiwa pembunuhan di Paniai Papua, menurut dia, seharusnya diselesaikan oleh Presiden, tapi dalam kenyataannya tidak diselesaikan.“Saya sebetulnya mulai ragu-ragu sejak peristiwa Paniai, ketika orang Papua dibunuh. Padahal presiden bisa berbuat sesuatu. Kemudian, saya ragu-ragu lagi waktu pengebirian Komisi Pemberantasan Korupsi dengan akibatnya seluruh DPR mendukung pemerintah. Aduh, aduh tanpa komentar apa pun. Kita ini berjalan kemana? Saya juga mendengar desas-desus ada intimidasi. Ya teman-teman saya kira, kita dalam situasi berbahaya,” kata dia. Pilihan Editor: NasDem Respons Habiburokhman soal Isu Perusakan Surat Suara: Ini Kesannya Adu Domba

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi