Jakarta –
Ibunda penyanyi Raisa Andriana, Ria Mariaty meninggal dunia setelah mengidap penyakit kanker paru-paru. Kakak Raisa, Rinaldi menceritakan lewat IG Storunya bahwa ibunya didiagnosis kanker sejak bulan Desember 2024.
Bermula dari Oktober 2024, sebelum dinyatakan kanker, Ria mengalami batuk yang berlangsung selama sebulan. Dirinya didiagnosis mengidap TBC dan dirawat di rumah sakit. Hal ini diceritakan Rinaldi dalam unggahan instagramnya.
“Ibu sudah batuk selama sebulan, jadi memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam dan dokter spesialis paru. Dia didiagnosis tuberkulosis (TB/TBC, yang lebih dikenal di Indonesia) dan harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu,” tulis Rinaldi pada 29 Januari 2025, dikutip detikHealth dari Instagram Rinaldi Nur Pratama pada Sabtu (29/11/2025).
Setelah pulang dari rumah sakit, ibunda berjuang melawan efek samping dari obat TBC, yaitu mual parah, muntah, dan pusing. Karena itu, 3 hari kemudian, dia harus dirawat lagi di rumah sakit.
Diagnosa Kanker Paru-paru
Pada saat rawat inap kedua, dokter melakukan peminadaian PET untuk memeriksa kanker. Hasilnya menunjukkan bahwa sang ibu mengidap kanker paru stadium 4 dan telah menyebar ke beberapa tulang. Saat itu, ibunda harus menjalani kemoterapi.
“Kabarnya sangat menghancurkan. Terlebih ibu sudah pernah menjalani skrining kanker lengkap di Mei 2024 tapi tak ada yang terlihat satu pun,” tulis Rinaldi di IG story miliknya beberapa waktu lalu.
Menurut Rinaldi, ibunya terus menunjukkan kekuatan luar biasa dan semangat positif dalam pemulihan penyakit. Tekadnya memberi kekuatan eksra pada keluarga.
“Meskipun demikian, Ibu tetap menyapa kami dengan senyum hangatnya, yang langsung membangkitkan semangat kami.” tulis Rinaldi.
Kondisi Ria sempat membaik dan banyak perkembangan yang dialami. Pada Maret 2025, kemoterapi yang dijalani menunjukkan hasil. Tubuhnya, merespons, volume kankernya mengecil, dan semuanya terlihat lebih baik. Pada 11 September 2025 dalam check Pet Scanm hasilnya sangat posiif, banyak kanker yang tidak aktif, dan hanya sedikit yang masih hidup.
Namun beberapa hari kemudian, sang ibu merasa sesak napas. Hasil darah menunjukkan banyak yang harus dikoreksi. Pada 22 September ibunda harus masuk HCU dan menjalani Radioterapi di tanggal 27 September.
“Dalam 38 tahun saya hidup melihat ibu, inilah perjuangan terhebatnya. Ibu gamau kalah, ibu mau menang. Terima kasih kepada semuanya yang sudah mendoakan,” tulisnya.
Halaman 2 dari 2
(elk/kna)
