provinsi: DKI Jakarta

  • 7.800 Warga Palestina Dikurung Tanpa Kejelasan Nasib di Penjara Israel

    7.800 Warga Palestina Dikurung Tanpa Kejelasan Nasib di Penjara Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Organisasi non-pemerintah Palestinian Prisoner Society menyebut saat ini ada sebanyak 7.800 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

    Para tahanan tersebut termasuk 33 perempuan, 166 anak-anak, dan 2.873 orang yang ditahan tanpa kejelasan hukum atau dituntut berdasarkan kebijakan penahanan administratif di Israel.

    Dilansir Middle East Monitor, sebelum konflik pecah jumlah tahanan Palestina di penjara-penjara Israel diperkirakan sekitar 5.250 orang. Dari jumlah itu, 1.319 di antaranya ditahan tanpa dakwaan atau diadili.

    “Pasukan Israel menahan 3.580 warga Palestina di Tepi Barat sejak 7 Oktober,” demikian pernyataan organisasi itu.

    Dalam kesepakatan gencatan senjata antara pasukan Israel dengan kelompok Hamas pada 24 November lalu, kedua pihak sepakat untuk membebaskan tahanan Palestina di penjara Israel sebagai imbalan atas pembebasan sandera dari Gaza.

    Selama 7 hari gencatan senjata, sebanyak 240 tahanan Palestina dibebaskan dari penjara Israel. Sementara Hamas melepaskan 105 sandera di Gaza.

    Ini berarti masih ada ribuan warga Palestina lainnya yang ditahan di penjara Israel.

    Dalam sebuah pernyataannya beberapa waktu lalu, Kepala Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan Palestina Qadura Fares menyebut ribuan orang itu ditangkap dengan dalih “penahanan administratif”.

    Artinya ribuan orang itu dipenjara tanpa mengetahui tahu tuduhan maupun proses hukum yang mereka hadapi.

    Menurut laporan Al Jazeera, saat ini ada 19 penjara di Israel dan satu di Tepi Barat, untuk menahan warga Palestina.

    “Ini melanggar hukum dan kejam. Konsekuensinya bagi orang yang dipenjara dan orang-orang yang mereka cintai, sering kali tidak bisa bertemu dengan mereka selama berbulan-bulan dam kadang bahkan bertahun-tahun,” demikian laporan Amnesty International.

    (dna/dna)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Palestina Akan Sambut Natal Diliputi Duka Gegara Agresi Israel

    VIDEO: Palestina Akan Sambut Natal Diliputi Duka Gegara Agresi Israel

    Jakarta, CNN Indonesia

    Natal tidak akan dirayakan di Palestina selama Israel terus membombardir Gaza.

    Hal ini disampaikan oleh Munther Isaac, seorang Pastor di Gereja Evangelical Lutheran di Tepi Barat Bethlehem.

    Munther juga mengganti tempat tidur kayu patung bayi Yesus menjadi puing-puing bangunan, hal ini bentuk solidaritas umat Kristiani terhadap masyarakat Palestina.

    Korban tewas di Palestina telah lebih dari 15.900 orang sejak agresi Israel pada 7 Oktober.

    Sebanyak 70 persen dari korban merupakan anak-anak dan perempuan.

  • Kenapa Israel Tetap Serbu Tepi Barat di Tengah Agresi ke Gaza?

    Kenapa Israel Tetap Serbu Tepi Barat di Tengah Agresi ke Gaza?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejak serangan balasan diluncurkan Israel pada 7 Oktober lalu, mata dunia tertuju pada kehancuran dan penderitaan yang dialami oleh Gaza.

    Namun, sisi lain dari wilayah Palestina sebenarnya juga mengalami penderitaan serupa akibat konflik dengan Israel yang terus memanas.

    Pasukan Israel dilaporkan kini menangkap 60 warga Palestina dalam penggerebekan yang terjadi di Tepi Barat pada Minggu (3/12) malam, dikutip dari Al Jazeera.

    Di Kota Jenin, Tepi Barat, pasukan penembak runduk Israel terlihat memantau di atas gedung, 50 kendaraan lapis baja berpatroli, dan pesawat pengintai beterbangan di atas wilayah tersebut.

    Pejabat kesehatan Palestina mengatakan bahwa Israel membunuh lima warga Tepi Barat atas pendudukan beberapa hari lalu.

    Kenapa Israel serbu Tepi Barat di tengah agresi ke Gaza dengan dalih menumpas Hamas?

    Tepi Barat merupakan sebidang tanah di tepi barat Sungai Yordan dan di sebelah timur Israel yang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari tiga juta warga Palestina.

    Sejak terjadinya Perang Enam Hari pada Juni 1967, Israel telah merencanakan dan mendanai pos-pos terdepan Yahudi di Tepi Barat, dikutip dari Vox.

    Para pemukim percaya bahwa mereka memiliki hak atas wilayah tersebut, walaupun sebagian besar komunitas internasional menganggap pemukiman itu ilegal.

    Kekuasaan yang dimiliki Otoritas Palestina (PA) tidak mencegah Israel untuk ikut campur dalam urusan Tepi Barat.

    Populasi-populasi ini sebagian besar dipisahkan dan dikontrol oleh infrastruktur keamanan Israel yang kompleks, termasuk pos pemeriksaan militer, patroli bersenjata, penghalang pemisah, dan kartu identitas serta pelat nomor dengan kode warna.

    Kondisi ini membentuk dan mengatur kehidupan masyarakat Tepi Barat sehari-hari.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Memanasnya perang dengan Israel membuat tingkat kekerasan di Tepi Barat terus meningkat drastis, bahkan menjadi yang terparah sejak Intifadah Kedua.

    Sebelum agresi total ke Gaza, 2023 sudah menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dalam lebih dari dua dekade, dengan tewasnya 250 warga Palestina akibat tembakan Israel, sebagian besar terjadi dalam operasi militer.

    “Saya terus khawatir mengenai pemukim ekstremis yang menyerang warga Palestina di Tepi Barat,” ungkap Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada akhir Oktober lalu.

    Ghassan Daghlas, pejabat Otoritas Palestina, mengatakan bahwa pemukim menghancurkan lebih dari 3.000 pohon Zaitun selama musim panen yang penting, dikutip dari Associated Press News.

    Pemukim juga mengganggu komunitas pengembala dengan memaksa 900 orang meninggal 15 dusun yang sudah lama menjadi tempat tinggal mereka.

    Kekerasan dan penyerangan Israel terhadap Tepi Barat diduga terkait dengan proyek pemukiman yang diciptakan oleh kelompok kiri-tengah Israel sejak 1948. Proyek tersebut bertujuan untuk menaklukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    Proyek pemukiman merupakan proyek terbesar dan termahal yang pernah dilakukan Israel.

    Pandangan lain terkait perluasan serangan pasukan Israel di Tepi Barat disampaikan oleh Jenderal Kenneth “Frank” McKenzie, mantan kepala Komando Pusat AS.

    McKenzie, mengatakan bahwa tujuan Israel adalah menumpas kelompok Hamas, sedangkan Tepi Barat tidak dikuasai oleh Hamas.

    Serangan Israel justru menargetkan sejumlah kelompok perlawanan yang beroperasi di Tepi Barat.

    “Menurut saya, salah satu konsep dasar pendekatan Israel terhadap perang di Gaza adalah mencegahnya meluas. Jadi saya pikir mereka tidak tertarik dengan gejolak lebih lanjut di Tepi Barat. Jadi saya pikir jika – ketika Israel beroperasi di sana, mereka benar-benar mengejar elemen-elemen yang mencoba menyerang mereka di Tepi Barat,” ungkap McKenzie, dikutip dari NPR.

    Sejalan dengan hal ini, IDF mengeluarkan pernyataan bahwa peningkatan signifikan serangan teroris di Tepi Barat. Oleh karena itu, IDF menjalankan operasi kontra terorisme setiap malam untuk menangkap para tersangka.

    Beberapa tersangka yang berhasil ditangkap merupakan bagian dari kelompok Hamas, dikutip dari CNN.

  • Diamuk Keluarga Sandera, Israel Bantah Mau Banjiri Terowongan Hamas

    Diamuk Keluarga Sandera, Israel Bantah Mau Banjiri Terowongan Hamas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendapat protes dan kecaman dari keluarga sandera yang sudah bebas dan masih ditahan kelompok Hamas.

    Mereka ramai-ramai mengungkapkan kekhawatiran, terutama bagi yang keluarganya masih ditahan oleh Hamas. Salah satu warga mengaku suaminya masih ditahan Hamas dan menuding pasukan militer Israel akan menyerang terowongan.

    Ia juga mengaku khawatir dengan nasib suaminya jika Israel benar-benar membanjiri terowongan dengan air laut.

    “Anda mengebom rute terowongan persis di mana [para sandera] berada,” ujar warga tersebut, dilansir dari Al Jazeera.

    Kabar Israel berencana membanjiri terowongan bawah tanah itu mencuat pada Senin (4/12). Pasukan Israel diklaim tengah mengatur pompa air dari laut untuk diarahkan ke terowongan-terowongan Hamas.

    Namun, pasukan pertahanan Israel (IDF) membantah pihaknya memiliki rencana membanjiri terowongan dengan air. IDF mengklaim akan menghentikan operasi Hamas dengan berbagai cara lain.

    “IDF beroperasi untuk membongkar taktik Hamas melalui berbagai cara menggunakan alat-alat militer berteknologi,” demikian tulis IDF.

    Menurut laporan Wall Street Journal, dikutip dari Reuters, pembangunan sistem pompa air itu dikabarkan sudah dikerjakan sejak pertengahan November.

    Setidaknya ada lima pompa dengan saluran sepanjang 1,6 kilometer yang dibangun di sisi utara kamp pengungsi Al Shati.

    “Pompa itu mampu mengalirkan ribuan meter kubik air per jam dan bisa membanjiri terowongan dalam hitungan pekan,” tulis laporan Wall Street Journal seperti diberitakan Reuters.

    Namun, hingga kini belum ada kejelasan apakah pompa itu akan aktif sebelum sandera dilepaskan. Sebab, Hamas menyebut sandera mereka ditempatkan di terowongan tersebut.

    Gempuran Israel ke Gaza sejauh ini juga masih berlanjut sejak gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12) lalu. Korban tewas akibat agresi Israel ke Palestina sejak 7 Oktober lalu juga sudah menembus 16.159 ribu jiwa per Selasa (5/12).

    Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan sebanyak 15.899 orang tewas akibat agresi Israel di wilayah itu. Sementara itu, sebanyak 42 ribu warga Palestina lainnya terluka akibat gempuran Israel ini.

    (frl/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tentara Israel Sembarangan Tembak Pria Difabel Palestina di Tepi Barat

    Tentara Israel Sembarangan Tembak Pria Difabel Palestina di Tepi Barat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Tentara Israel menembak dan melukai, Tarek Abu Abed, seorang pria difabel warga Palestina di dekat Kota Hebron, Tepi Barat, Selasa (5/12).

    Insiden tersebut terekam dalam sebuah video dan beredar di media sosial.

    Dalam rekaman itu tampak tiga laki-laki berseragam militer berdiri di dekat laki-laki tengah berlutut, yang diidentifikasi sebagai Tarek.

    Di sebelah dia, tampak laki-laki kemeja merah, yang diidentifikasi sebagai teman Tarek.

    “Pria dalam video yang mengenakan pakaian merah datang untuk membelanya dan memberi tahu tentara Israel bahwa saudara laki-laki saya memiliki kebutuhan khusus,” kata saudara Tarek, Diaa Abu Abed, dikutip CNN.

    Diaa kemudian berujar, “Dia dikenal di kalangan masyarakat karena difabel. Para prajurit menolak mendengarkan.”

    Dalam video tampak tentara Israel mengerahkan senapan ke Tarek, dan terdengar teriakan.

    Tarek tampak berusaha berdiri saat beberapa warga melihatnya. Ia mendekati salah satu tentara dengan gelisah.

    Tentara lain mendekati Tarek dari belakang dan terdengar suara tembakan. Dia jatuh ke tanah dan menggeliat kesakitan saat dua tentara menodong dengan senjata.

    Tarek, menurut Diaa, mengalami pendarahan hebat dan menjalani operasi di kaki.

    Diaa bercerita bahwa saudaranya sedang dalam perjalanan pulang pada Selasa (5/12). Tarek lantas dihadang tiga tentara Israel dan meminta identitas.

    Tarek lalu memberi tahu mereka bahwa ia tak punya kartu identitas. Ia dan tentara Israel kemudian bertengkar hingga berujung penembakan.

    “Siapa pun yang bertemu Tarek bisa langsung tahu bahwa dia punya kebutuhan khusus. Otaknya bekerja seperti anak-anak,” kata Diaa.

    Pasukan pertahanan Israel (IDF) kemudian mengonfirmasi pasukan mereka memang terlibat dalam konfrontasi dengan seorang warga difabel. 

    “Berdasarkan informasi awal yang tersedia, tampaknya selama pemeriksaan yang dilakukan hari ini di dekat kota Hebron, seorang warga Palestina tertembak di kaki dan dievakuasi guna menerima perawatan medis,” demikian menurut IDF.

    Mereka juga menyatakan penyelidikan terkait insiden itu akan dilakukan.

    Selama agresi, Israel menyerang Gaza dan Tepi Barat. Tak jarang, mereka menyerang warga sipil.

    (isa/dna/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kenapa Hamas Dinilai Masih Kuat Hadapi Gempuran Israel di Gaza?

    Kenapa Hamas Dinilai Masih Kuat Hadapi Gempuran Israel di Gaza?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok Hamas dinilai memiliki kekuatan yang tak bisa diremehkan, menyusul perlawanannya menghadapi agresi Israel ke Jalur Gaza Palestina selama dua bulan terakhir.

    Meski Israel terus mengepung Jalur Gaza dengan bombardir dan artileri, Hamas dan milisi sekutunya di wilayah itu masih terus mengangkat senjata dan melancarkan perlawanan.

    Sejak gencatan senjata berakhir, Israel kembali menggempur Gaza habis-habisan dan kini tengah menargetkan Gaza Selatan. Tel Aviv mengklaim invasi darat ke Gaza Selatan bertujuan memusnahkan milisi Hamas yang lari dari Gaza Utara dan tengah bersembunyi di wilayah itu. 

    Walau hanya sekadar milisi dan gerakan perlawanan, sejumlah pengamat menilai kekuatan sayap bersenjata Hamas tak bisa diremehkan. Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai Hamas masih kuat meski terus terkepung gempuran Israel sejak dua bulan terakhir.

    “Tujuan Israel dalam perang adalah melenyapkan kelompok Hamas, tetapi yang terjadi Hamas masih kuat posisinya,” kata Yon kepada CNNIndonesia.com, Selasa (5/12).

    Ia kemudian berujar, “Bahkan kemarin [Hamas] bisa bernegosiasi untuk mengatur [pembebasan] tawanan perang.”

    Pembebasan tawanan perang merupakan bagian poin dalam gencatan senjata.

    Israel dan Hamas sepakat gencatan senjata pada 24 November dan diperpanjang dua kali hingga berakhir pada 30 November.

    Kesepakatan itu mencakup pembebasan 50 sandera dari Gaza dan 150 tahanan Palestina dari penjara Israel, dan jeda pertempuran.

    Jumlah sandera itu lebih sedikit daripada tahanan yang dilepas Israel. Ini mengindikasikan Hamas punya daya tawar yang kuat.

    Selain itu, jumlah tahanan Palestina yang berada di penjara Israel juga mencapai ribuan.

    Dengan situasi ini, Yon menilai Israel belum mendapat kemenangan dari agresi yang berlangsung sejak 7 Oktober.

    Selain Yon, lembaga think-tank yang berbasis di Washington DC, Institute for the Study of War (ISW), juga menganggap taktik Hamas melawan Israel semakin canggih. ISW memaparkan Hamas fokus melakukan serangan yang menyasar pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka.

    Strategi ini, lanjut mereka, konsisten dengan strategi pembersihan atau clearing operation.

    ISW juga menilai Hamas makin sering menggunakan peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore saat menyerang tank Israel.

    “Kelompok ini bahkan mengklaim mereka memenuhi terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak,” demikian menurut ISW.

    Hamas lalu meledakkan bahan itu saat terdapat sekitar 60 tentara Israel.

    Agresi Israel ke Palestina telah menelan korban jiwa hingga 16.000. Mereka juga menggempur fasilitas sipil seperti sekolah hingga rumah sakit.

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Politikus Israel Pernah Cap PM Netanyahu Pemimpin Psikopat

    Politikus Israel Pernah Cap PM Netanyahu Pemimpin Psikopat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Politikus sayap kiri Israel Ayman Odeh pernah mencap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai sosok pemimpin psikopat.

    Odeh menuding Netanyahu tak segan untuk menyingkirkan siapa pun yang menentangnya.

    Dalam kicauannya yang diunggah pada 2019, Netanyahu dicap psikopat lantaran menyebarkan kebencian dan kekerasan kepada orang-orang Arab, Yahudi sayap kiri, bahkan hingga anggota partainya sendiri.

    “Kebencian dan kekerasan Netanyahu menyebar cepat. Arab, Yahudi sayap kiri, jurnalis, sistem peradilan, dan bahkan anggota partainya sendiri diserang secara ideologis,” cuit Odeh melalui Twitter/X.

    “Perdana Menteri ini adalah seorang psikopat yang berbahaya dan tak kenal batas. Seorang kriminal dengan situasi yang sulit. Adakah yang ragu ia akan menyangkal motif politik pada pembunuhan berikutnya?” lanjutnya dalam cuitan tersebut seperti dikutip dari Times of Israel pada Rabu (6/12).

    Cuitan tersebut pada masa itu muncul setelah politikus Ahmad Tibi digeruduk aktivis sayap kanan dalam acara budaya dan politik Shabbat di kota Ramat Hasharon.

    Kala itu, Tibi dituduh sebagai teroris hingga pembunuh. Beberapa poster protes bahkan berbunyi “Anda tidak diizinkan tinggal di sini,” hingga “Pendukung teroris– dilarang di kota ini.”

    Gelombang protes itu muncul lantaran Netanyahu dan para pendukungnya, tanpa bukti kuat, menganggap Tibi dan anggota parlemen Arab sebagai pendukung Hamas dan Palestina.

    Netanyahu juga disebut menggunakan bahasa rasis untuk menyerang anggota parlemen Arab karena saat itu terjadi kebuntuan politik yang melumpuhkan negara selama setahun lebih.

    Posisi Netanyahu sekarang juga kian terpojok lantaran ditinggal sekutunya di Kabinet Perang. Dalam laporan Al Jazeera, Menteri Ekonomi Partai Likud Nir Barkat menyatakan tidak akan mendukung Netanyahu lagi sekaligus menantang kepemimpinannya di Partai Likud setelah perang berakhir.

    Sikap Nir Barkat yang jadi salah satu tokoh senior partai sayap kanan itu ingin perubahan di tubuh organisasi. Karena hal tersebut, Nir Barkat menyatakan bakal meninggalkan Netanyahu.

    “Setelah perang, kami harus memberikan kepercayaan baru pada rakyat,” kata Barkat.

    Sementara itu, Netanyahu dan Israel hingga kini masih melancarkan serangan kepada Palestina. Agresi sejak 7 Oktober itu telah menyerang warga dan objek sipil.

    Total korban imbas serangan Israel terhadap Palestina itu pun telah mencapai lebih dari 16 ribu jiwa. Agresi itu juga terus berlanjut meski sempat terjadi gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan di Palestina, Hamas.

    (frl/rds)

  • Kesaksian Eks Sandera: Kami Lebih Takut Bom-bom Israel daripada Hamas

    Kesaksian Eks Sandera: Kami Lebih Takut Bom-bom Israel daripada Hamas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Warga Israel yang pernah menjadi sandera Hamas mengungkapkan ketakutan mereka terhadap bom-bom militer Israel selama diculik di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza.

    Kengerian itu diungkapkan eks sandera ketika bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Salah satu warga mengaku pada masa penyanderaan itu ia merasa lebih takut akan serangan bom Israel daripada Hamas.

    “Hari-hari di tahanan sangat mengerikan. Kami ada di dalam terowongan dan takut bukan karena Hamas, melainkan justru Israel yang mungkin membunuh kami,” ujar salah satu mantan sandera Hamas kepada Netanyahu, seperti diberitakan Al Jazeera pada Rabu (6/12).

    Keluarga sandera lain juga menyampaikan keresahan terhadap serangan Israel ke terowongan bawah tanah di Gaza. Salah satu warga yang suaminya hingga kini masih disandera Hamas menuding Israel menyerang terowongan yang menjadi lokasi penyanderaan.

    Ia juga mengaku khawatir dengan nasib suaminya jika Israel benar-benar membanjiri terowongan dengan air laut.

    “Anda mengebom rute terowongan persis di mana [para sandera] berada,” ujar warga tersebut.

    Keresahan itu diungkapkan keluarga sandera di tengah rencana Israel membanjiri terowongan bawah tanah yang ditengarai dipakai Hamas di Gaza. Pasukan Israel diklaim tengah mengatur pompa air dari laut untuk diarahkan ke terowongan-terowongan Hamas.

    Dalam laporan Wall Street Journal yang dikutip Reuters, Senin (4/12), pembangunan sistem pompa air sudah dikerjakan sejak pertengahan November lalu.

    Setidaknya ada lima pompa dengan saluran sepanjang 1,6 kilometer yang dibangun di sisi utara kamp pengungsi Al Shati.

    “Pompa itu mampu mengalirkan ribuan meter kubik air per jam dan bisa membanjiri terowongan dalam hitungan pekan,” tulis laporan Wall Street Journal seperti diberitakan Reuters.

    Sampai saat ini, belum ada kejelasan apakah pompa tersebut akan aktif sebelum para sandera dilepaskan. Pasalnya, pihak Hamas menyebut sandera disebut berada di terowongan-terowongan tersebut.

    Sementara itu, pihak Israel Defense Force (IDF) membantah memiliki rencana membanjiri terowongan dengan air. IDF mengklaim bakal menghentikan operasi Hamas dengan berbagai cara.

    “IDF beroperasi untuk membongkar taktik Hamas melalui berbagai cara menggunakan alat-alat militer berteknologi,” demikian tulis IDF.

    Sejauh ini belum ada keputusan yang diambil oleh pihak Israel. Kendati demikian gempuran Israel ke Gaza terus berlanjut sejak gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12) lalu.

    (frl/bac)

  • Taktik Gila Hamas Ladeni Agresi Israel di Gaza, Disebut Makin Canggih

    Taktik Gila Hamas Ladeni Agresi Israel di Gaza, Disebut Makin Canggih

    Jakarta, CNN Indonesia

    Milisi Hamas Palestina disebut menggunakan taktik yang lebih canggih selama dua bulan melawan agresi Israel ke Jalur Gaza yang berlangsung sejak 7 Oktober.

    Lembaga think tank berbasis di Washington D.C, Institute for the Study of War (ISW), memaparkan Hamas dan milisi sekutunya di Gaza terus menerapkan taktik yang lebih canggih untuk melawan Israel terutama sejak gencatan senjata berakhir dan perang memasuki fase baru.

    ISW menganalisis bahwa milisi Hamas fokus melakukan serangan yang menargetkan pasukan Israel di belakang garda terdepan mereka. Menurut lembaga itu, strategi ini konsisten dengan “strategi pembersihan” atau clearing operations.

    Menurut ISW, milisi Hamas juga semakin sering menggunakan peledak rakitan hingga ranjau jenis claymore saat menyerang pasukan dan tank-tank Israel.

    Pada 5 Desember, ISW juga melaporkan sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, meluncurkan setidaknya enam roket ke wilayah Israel termasuk salah satu roket salvo yang menargetkan Ibu Kota Tel Aviv.

    ISW juga menyebut milisi Hama sempat merekam isi barak militer Israel, di mana tentara negara Zionis terlihat sedang bersantai di dekat Juhor ad Dik.

    “Kelompok (Hamas) ini bahkan mengklaim mereka memenuhi sebuah terowongan bawah tanah di bawah barak militer dengan bahan peledak dan meledakannya ketika ada sekitar 60 tentara Israel di sana,” bunyi laporan ISW.

    Meski begitu, ISW juga memaparkan bahwa militer Israel terlihat tak tinggal diam. Menurut lembaga tersebut, Israel berupaya melancarkan invasi darat ke Gaza selatan sama seperti yang mereka lakukan d awal agresinya dengan fokus menggempur Gaza Utara.

    [Gambas:Twitter]

    ISW meyakini Komandan Komando Selatan militer Israel saat ini memfokuskan gempuran untuk mengepung dan merangsek lebih dalam lagi ke Khan Younis, kota terbesar di Gaza Selatan.

    “Pasukan Israel memasuki wilayah perkotaan di Khan Younis dan Bani Suheila. Pasukan milisi Palestina, termasuk Brigade al Qassem dan Brigade al Quds, berusaha melawan serangan Israel ke wilayah Khan Younis,” bunyi laporan ISW.

    Israel kembali melancarkan agresinya ke Jalur Gaza setelah masa gencatan senjata berakhir tanpa perpanjangan.
    Israel bahkan memulai “perang fase baru” dengan kini fokus menggempur Gaza selatan yang diklaim menjadi sarang pelarian pentolan Hamas yang kabur dari Gaza utara imbas gempuran di awal agresi sejak 7 Oktober lalu.

    Saat ini, lebih dari 16 ribu warga Palestina meninggal dunia akibat agresi Israel sejak 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban tewas itu anak-anak dan perempuan.

    Tak hanya warga sipil, petugas medis, dan dokter di Gaza juga ikut tewas menyusul gempuran Israel ke sejumlah rumah sakit di Gaza selama agresi.

    Selain itu, sebanyak 63 wartawan dan pekerja media di Gaza juga tewas selama meliput agresi Israel ke Palestina.

    Militer Israel mengakui bahwa dua warga Palestina tewas dalam setiap operas militer Israel yang menewaskan satu milisi Hamas.

    (rds/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Keluarga Sandera Hamas Ngamuk saat Dikunjungi PM Israel Netanyahu

    Keluarga Sandera Hamas Ngamuk saat Dikunjungi PM Israel Netanyahu

    Jakarta, CNN Indonesia

    Situasi tegang dan kisruh terjadi ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi para keluarga sandera yang telah dibebaskan Hamas saat gencatan senjata beberapa waktu lalu.

    Diberitakan the Guardian pada Selasa (5/12), pertemuan yang juga dihadiri pihak keluarga sandera Hamas yang belum dibebaskan itu disebut penuh kemarahan.

    Beberapa orang yang datang bahkan disebut memaki-maki dan menuntut PM Israel itu untuk mundur dari jabatannya.

    Reuven Yablonka, yang anaknya masih ditahan oleh kelompok perlawanan Hamas, mengatakan rapat itu diwarnai “kekacauan dan teriakan.” Sejumlah orang juga dilaporkan keluar dari gedung ketika Netanyahu membacakan pidatonya.

    Sikap itu diduga berkaitan dengan ucapan Netanyahu yang dibocorkan Kan, lembaga penyiaran publik Israel. Dalam rekaman itu, Netanyahu terdengar mengatakan “saat ini tak ada kemungkinan membawa pulang semua orang.”

    “Hamas memiliki tuntutan yang bahkan Anda tidak akan menerimanya,” ujar Netanyahu dalam bocoran dialog tersebut.

    Pihak keluarga sandera dilaporkan masih berteriak hingga memaki-maki Netanyahu. Mereka menuding PM Israel itu berbohong ketika menjelaskan alasan masih ada sandera yang ditahan Hamas.

    Namun, Perdana Menteri Israel itu kembali membantah bahwa dirinya yang menghentikan gencatan senjata. Ia disebut mengklaim bahwa kesepakatan itu batal karena pihak Hamas, bukan dirinya.

    “Pihak yang menghentikan kesepakatan [pembebasan sandera] adalah pihak mereka, bukan kami!” teriak Netanyahu dalam bocoran rekaman perbincangan itu.

    “Apa yang saya katakan adalah fakta yang jelas. Saya memberi tahu kalian banyak hal, saya menghormati kalian. Saya mendengar keluhan kalian, yang juga menggugah hati kalian,” lanjutnya.

    Sementara itu, Israel sebelumnya menyatakan jumlah warga mereka yang masih disandera Hamas sebanyak 138 orang. Angka itu bertambah seorang dari laporan sebelumnya yang menyebut 137 sandera masih ada di Jalur Gaza, termasuk 20 wanita dan dua anak.

    Gencatan senjata yang berlangsung pada 24 hingga 30 November lalu telah membebaskan sejumlah tahanan dan sandera dari kedua pihak. Hamas membebaskan puluhan sandera, sementara Israel membebaskan ratusan warga Palestina tahanan mereka sebagai bagian dari perjanjian.

    Namun, gencatan senjata yang sempat berlangsung sepekan itu berakhir tanpa perpanjangan lagi. Hamas dan Israel saling menyalahkan atas kegagalan perpanjangan gencatan senjata.

    Israel menuding Hamas telah melancarkan serangan roket ke wilayahnya detik-detik gencatan senjata berakhir.

    Sebaliknya, Hamas juga menuding Israel telah lebih dulu melancarkan gempuran dan serangan di Gaza sebelum gencatan berakhir.

    (frl/bac)

    [Gambas:Video CNN]