Liputan6.com, Jakarta PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) siap melangkah memasuki tahun 2025 dengan mengoptimalkan prospek bisnis bullion bank (bank emas) yang dinilai menjanjikan. Prospek tersebut semakin kuat terutama setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK No. 17 tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bullion.
Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo menyebutkan bahwa emas telah lama menjadi instrumen investasi pilihan masyarakat Indonesia karena sifatnya yang safe haven atau aman dari gejolak, sehingga dapat berfungsi sebagai aset lindung nilai. Terlihat dari kinerja bisnis emas BSI yang terus menunjukkan pertumbuhan impresif sejak bank syariah itu berdiri pada 2021.
Selain daya tarik utama emas sebagai instrumen investasi safe haven, aturan baru terkait dengan penyelenggaraan kegiatan usaha emas (bullion) juga menjadi katalis bagi prospek menjanjikan bisnis bullion pada 2025 dan ke depannya.
Dari sisi harga, Banjaran memproyeksikan harga emas dunia berpeluang bergerak naik dari US$2.590 – US$2.630 per troy ounce pada 2024 ke level US$2.705 – US$2.830 per troy ounce pada 2025. Harga emas Antam juga diperkirakan akan terkerek dari level Rp1.510.000 – Rp1.535.000 per gram pada 2024 ke kisaran Rp1.560.000 – Rp1.695.000 per gram pada 2024.
“Emas sudah lama menjadi instrumen investasi favorit masyarakat kita. Ditambah dengan adanya aturan baru dari OJK tentang penyelenggaraan usaha bullion ini, prospek ini semakin menjanjikan. BSI sebagai salah satu bank yang diberikan arahan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan bullion bank, kini sedang melakukan persiapan,” ujar Banjaran.
Sebagai informasi, BSI bersama dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI sebelumnya mendapatkan arahan dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto agar menjadi pionir bisnis Bank Emas di Indonesia.