Bisnis.com, JAKARTA — Privy, startup penyedia identitas digital dan tanda tangan elektronik yang sah dan legal, mencatatkan lonjakan pelanggan hingga 38 kali lipat selama pada 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pencapaian ini membawa perusahaan dalam jalur memperoleh pendanaan baru.
Chief Operating Officer (COO) Privy Nitin Mathur mengungkapkan dalam setahun terakhir perusahaan mencatat peningkatan jumlah klien korporasi dari sekitar 4.000 lebih perusahaan pada 2023 menjadi lebih dari 155.000 pada 2024.
Nitin menjelaskan bahwa pertumbuhan luar biasa tersebut didorong oleh dua segmen besar yaitu klien enterprise dan bisnis kecil-menengah (UKM). Dari sisi enterprise, Privy kini melayani sekitar 5.500 perusahaan besar. Namun, kontribusi utama justru datang dari sektor UKM.
“Pertumbuhan paling signifikan berasal dari usaha kecil dan menengah. Mereka semakin sadar akan pentingnya digital trust, apalagi di tengah maraknya isu deepfake dan transaksi digital yang makin kompleks,” kata Nitin di Jakarta, Selasa (16/9/2025).
Chief Operating Officer (COO) Privy Nitin Mathur
Salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan tersebut, kata Nitin, adalah kerja sama dengan pemerintah. Privy menjadi mitra eksklusif dalam platform e-catalogue dan e-procurement nasional, yang memungkinkan pelaku bisnis skala kecil hingga menengah untuk mengadopsi layanan Privy secara masif.
Nitin menekankan kehadiran Privy bukan sekadar wacana teknologi, melainkan menjawab masalah nyata berupa pemalsuan identitas melalui tanda tangan digital. Pemalsuan ini turut berkontribusi atas sejumlah aktivitas ilegal yang tercatat merugikan negara hingga Rp142 triliun.
“Kami menyelesaikan masalah serius. Digital trust kini menjadi kebutuhan utama hampir di setiap transaksi bisnis. Itulah mengapa permintaan terhadap otoritas sertifikasi dan tanda tangan digital melonjak pesat,” ujarnya.
Pendanaan Baru di Depan Mata
Privy terakhir kali menggalang pendanaan seri C pada 2022 sebesar Rp746 miliar dari investor global termasuk KKR dan Ventura Capital asal Amerika Serikat. Nitin menegaskan bahwa saat ini perusahaan kembali dalam proses untuk mengamankan putaran pendanaan berikutnya.
“Kami telah bertemu dengan investor kami, dan sedang aktif menjajaki putaran pendanaan baru. Targetnya, kami bisa mendapatkan komitmen term sheet pada akhir tahun ini, dengan rencana transaksi dan pencairan dana awal tahun depan,” jelasnya.
Pendanaan baru ini, kata Nitin, akan digunakan untuk menopang ekspansi bisnis dan memperkuat ekosistem kepercayaan digital di Indonesia.
