Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) meniliai ketersediaan perangkat dan instalasi menjadi tantangan yang harus diselesaikan pemerintah jika ingin menebar 330.000 Smart Tv ke seluruh Indonesia.
Kepala Bidang Media ASSI Firdaus Adinugroho Firdaus mengatakan tantangan terbesar program Smart Tv 330.000 bukan pada kapasitas satelit, melainkan pada ketersediaan perangkat penerima dan instalasinya.
Dia menyarankan pemerintah segera menghitung kebutuhan kapasitas, menyusun standar sistem, melakukan pengadaan perangkat, serta menyiapkan kontrak kapasitas agar program berjalan lancar.
“Jika perlu, berikan insentif bagi perakit perangkat lokal serta skema pembiayaan instalasi di daerah terpencil,” kata Firdaus kepada Bisnis, Sabtu (27/9/2025).
Dia menambahkan, ASSI siap mengambil peran dengan memfasilitasi technical working group yang melibatkan operator satelit, integrator VSAT, vendor STB, dan dinas pendidikan untuk menyusun standar praktik instalasi.
Dia mengatakan pihaknya belum mengetahui secara detail mekanisme distribusi konten Smart TV tersebut. Namun, secara teknis, konten dapat disalurkan melalui siaran televisi satu arah maupun jalur dua arah layaknya internet.
“Saya yakin, baik satu arah maupun dua arah, kapasitas satelit kita mencukupi. Untuk layanan dua arah, satelit semestinya hanya menjadi pendukung jika di suatu daerah tidak tersedia jaringan terestrial,” kata Firdaus
Adapun satelit Indonesia yang tersedia antara lain SATRIA-1, Palapa, Telkom-3S, Nusantara Satu, BRIsat, dan LAPAN A3.
Sebagai informasi, Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyampaikan pemerintah menyiapkan distribusi 330.000 layar digital pintar ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Teknologi ini akan menayangkan materi pembelajaran dengan konten terbaik, termasuk yang berbasis animasi.
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyatakan akan menyiapkan konektivitas andal dan merata untuk mendukung digitalisasi pendidikan melalui layar digital pintar.
Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya Komdigi Wijaya Kusumawardhana mengatakan pemerintah menyiapkan berbagai opsi konektivitas. Untuk wilayah perkotaan, digunakan jaringan serat optik. Sementara wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) akan memanfaatkan Satelit Multifungsi SATRIA-1.
“Kalau tidak bisa dengan fiberisasi, kita pakai BTS. Paling tidak, kita menyediakan juga satelit dengan parabola,” kata Wijaya dikutip dari Antara, Minggu (21/9/2025).
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) mencatat, per Juni 2025 kapasitas SATRIA-1 telah terpakai 70% untuk internet di puluhan ribu titik, menyisakan 30% untuk peningkatan kapasitas dan menjaga kualitas layanan. Infrastruktur ini nantinya akan dikonfigurasi dengan program Smart TV yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
“Karena ini untuk Smart TV, tentunya kita lihat konfigurasinya dan akan disesuaikan,” ujar Wijaya.
Ia menambahkan, Komdigi juga akan melibatkan operator telekomunikasi untuk mendukung pelaksanaan program tersebut.
