Surabaya (beritajatim.com) – Ketua DPW PKS Jatim, Bagus Prasetia Lelana, menegaskan bahwa keterlibatan kader PKS dalam penanganan bencana tidak dilakukan secara sporadis, melainkan melalui sistem yang terukur dan berkelanjutan.
Hal itu tercermin dari pemberangkatan relawan PKS Jawa Timur ke Aceh Tamiang yang dilakukan secara bergiliran, mengikuti skema nasional penanganan bencana PKS.
Menurut Bagus, PKS Jawa Timur baru mendapatkan giliran menerjunkan relawan pada awal Januari 2026, setelah wilayah-wilayah terdekat di Sumatra lebih dahulu bergerak sejak hari-hari awal bencana.
“Penanganan bencana ini bukan pekerjaan singkat. Karena itu relawan digilir dari berbagai daerah agar bantuan bisa terus berjalan. Kali ini giliran Jawa Timur untuk ikut ambil peran langsung di lapangan,” ujar Bagus saat kegiatan Kemah Bela Negara (Kembara) PKS Jawa Timur di Pantai Goa Cina, Kabupaten Malang.
Ia menjelaskan, tahap awal ini 12 relawan terampil diberangkatkan, sesuai kebutuhan lapangan di Aceh Tamiang yang masih dipenuhi lumpur dan kerusakan infrastruktur. Para relawan memiliki keahlian khusus seperti montir, tukang kayu, hingga tenaga las. “Yang dikirim bukan sekadar banyak-banyakan orang, tetapi benar-benar yang dibutuhkan masyarakat di lokasi bencana,” tegasnya.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Presiden PKS, Al Muzzammil Yusuf, yang menegaskan bahwa kekuatan utama PKS dalam kerja kemanusiaan adalah militansi kader di akar rumput. “Kader PKS itu ujung tombak sekaligus ujung tombok. Mereka turun lebih dulu, sering kali pakai dana sendiri, patungan, bahkan saat sebagian dari mereka juga menjadi korban bencana,” kata Al Muzzammil.
Ia mengungkapkan bahwa dalam bencana Aceh dan Sumatra, relawan PKS sudah bergerak sejak hari kedua bencana, bahkan sebelum ada instruksi formal dari pusat. Beberapa kader dilaporkan rumahnya tertutup lumpur, dan tiga orang kader hanyut saat membantu evakuasi.
“Inilah yang membuat PKS sigap. Karena kader sudah dibina untuk punya panggilan kemanusiaan. Begitu ada bencana, mereka otomatis bergerak tanpa dikomando pusat,” ujarnya usai membuka kegiatan Kembara PKS Jatim itu.
Menurut Al Muzzammil, sigapnya kader PKS dalam merespons bencana bukanlah hal yang tiba-tiba, melainkan buah dari nilai yang terus ditanamkan dalam kaderisasi. Semangat Islam rahmatan lil ‘alamin dan keyakinan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya menjadi landasan utama.
Al Muzzammil menambahkan, sistem rotasi relawan dari seluruh Indonesia dilakukan agar penanganan bencana bisa berlangsung dalam jangka panjang.
Dimulai dari daerah terdekat, lalu diperkuat daerah lain, termasuk Jawa Timur yang memiliki jumlah kader besar dan kesiapan sumber daya.
Dengan skema tersebut, PKS menegaskan bahwa kerja kemanusiaan bukan sekadar respons darurat, melainkan bagian dari pengabdian berkelanjutan yang mengakar pada nilai gotong royong, solidaritas, dan kemanusiaan universal. (tok/kun)
