Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Perusahaan Sering ‘Turn-Over’ Karyawan? Pakar Singgung soal Masalah Mental

Perusahaan Sering ‘Turn-Over’ Karyawan? Pakar Singgung soal Masalah Mental

Jakarta

Survei terkait kesehatan mental pekerja di sektor ekonomi menunjukkan tidak sedikit pegawai yang mengalami stres berkepanjangan. Bahkan, ditemukan tiga dari 10 karyawan mengalami dua tipe stres yakni menurunnya semangat karena pekerjaan dan fatigue atau kelelahan.

Dua jenis stres tersebut paling banyak dihadapi pekerja dengan usia lebih muda di bawah 40 tahun, mereka 2,5 kali lebih berisiko mengalami kelelahan karena faktor stres bekerja. Sementara 33 persen pekerja level staf dari 5.546 responden, mengalami penurunan semangat karena faktor stres.

Dalam sektor perekonomian, komisaris menjadi satu-satunya jenjang pekerjaan yang secara signifikan tidak mengalami fatigue atau kelelahan, maupun tidak bersemangat karena stres dalam pekerjaan.

Temuan menarik lainnya yang disoroti peneliti dari hasil riset adalah tanda adanya masalah, yang bisa berkaitan dengan kesehatan mental seseorang saat ‘turn-over’ di perusahaan terjadi terlalu sering.

Inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa Prof Rofikoh Rokhim, S.E.,SIP, DEA, PhD, menyebut tren perpindahan seseorang saat belum bekerja selama lima tahun, di suatu perusahaan, perlu menjadi catatan.

“Pindah-pindah itu bukan berarti bagus lho ya, karena kan dia berarti belum mencapai, atau achieve sesuatu, sudah pindah,” beber wanita yang akrab disapa Prof Iko dalam konferensi pers Rabu (13/11/2024).

“Ini juga menjadi indikator kalau semakin banyak turn overnya, keluar masuk berarti semakin menandakan perusahaannya itu ada sesuatu,” sambung dia.

Prof Iko menyarankan perusahaan untuk setidaknya memberikan apresiasi kepada karyawan setiap tahun. Apresiasi yang diberikan tidak melulu berkaitan dengan uang, tetapi bisa berupa training dan pembekalan beasiswa pendidikan ke luar negeri.

Hal ini dikarenakan pegawai bisa mengalami penurunan produktivitas, risiko ansietas dan depresi, seiring berjalannya waktu.

“Jadi solusinya untuk pegawai stay longer, kasihlah hope, harapan,” tandasnya.

“Dan ini mendorong supaya perusahaan punya perencanaan, pegawai juga punya perencanaan. Intinya investasi di kesejahteraan dan kesehatan pegawai,” pungkas dia.

(naf/kna)