Perhutani KPH Bondowoso Siapkan 912 Hektar Lahan untuk Komoditi Jagung

Perhutani KPH Bondowoso Siapkan 912 Hektar Lahan untuk Komoditi Jagung

Bondowoso (beritajatim.com) – Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso memanfaatkan 912 hektar lahan hutan dalam program ketahanan pangan berbasis agroforestri. Ratusan hektar itu untuk komoditas jagung.

Administratur Perhutani KPH Bondowoso, Misbakhul Munir, menyatakan bahwa pemanfaatan lahan ini dilakukan melalui sistem tumpang sari, dengan mengintegrasikan penanaman tanaman kehutanan dan pertanian (agroforestri).

“Di lahan hutan itu selain penanaman kayu, selama tiga tahun pertama bisa dimanfaatkan untuk menanam palawija,” kata Misbakhul Munir kepada BeritaJatim.com.

Palawija yang dimaksud di antaranya jagung, bawang, kedelai, kentang, kubis, hingga tanaman kopi di bawah tegakan produksi maupun tegakan lindung.

“Untuk program ketahanan pangan yang komoditas jagung, kami menyiapkan 912 hektar dari total 84 ribu hektar se wilayah Kabupaten Bondowoso dan Situbondo,” sebutnya.

Kolaborasi ini melibatkan program Polri dengan fokus pada tanaman jagung, sementara program TNI mendukung penanaman padi gogo.

“Petani yang terlibat dalam program ini mendapatkan pendampingan intensif dari penyuluh pertanian, dengan dukungan Polri dalam pembinaan,” ulasnya.

Dari total 84 ribu hektar lahan Perhutani KPH Bondowoso, sekitar 50 ribu hektar berada di wilayah Kabupaten Bondowoso. Sisanya berada di wilayah Kabupaten Situbondo.

“Pemanfaatan lahan untuk program ketahanan pangan ini dilakukan dengan sistem bagi hasil yang variatif, mulai dari 70:30 hingga 90:10, bergantung pada kesepakatan antara petani dan Perhutani,” bebernya.

Munir berencana akan mengintegrasikan penggunaan pupuk bersubsidi dalam sistem agroforestri, untuk mendukung keberlanjutan program ini.

“Padi gogo misalnya, bisa tumbuh di bawah tegakan kayu jati tanpa mengganggu kelestarian hutan,” ungkap warga asal Kota Probolinggo ini.

Dalam menjalankan program ini, Perhutani KPH Bondowoso tetap berpegang pada tiga prinsip utama, yakni ekologi, sosial, dan ekonomi.

“Profit itu urusan belakang. Prioritas utama kami adalah menjaga ekologi, diikuti aspek sosial, baru kemudian ekonomi,” jelas Munir.

Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan hutan secara berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan tanpa merusak kelestarian alam.

“Yang penting, semua sesuai prosedur. Jangan sampai kayu ditebang sembarangan. Pertanian harus mengikuti aturan kehutanan, bukan sebaliknya,” tegasnya.

Program ini menjadi salah satu upaya Perhutani Bondowoso dalam mencari peluang di luar sawah untuk mendukung ketahanan pangan nasional, sembari tetap menjaga kelestarian hutan. (awi/ted)