Pengusaha Bongkar Biang Kerok Kecepatan Starlink Anjlok di RI

Pengusaha Bongkar Biang Kerok Kecepatan Starlink Anjlok di RI

Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) mengomentari penurunan kinerja Starlink di Indonesia setelah 1 tahun beroperasi.

Kepala Bidang Media ASSI, Firdaus Adinugroho, mengatakan faktor utama di balik melambatnya performa Starlink adalah lonjakan signifikan jumlah pengguna, baik di Indonesia maupun secara global.

“Penurunan kinerja Starlink yang dilaporkan Opensignal menurut kami sebagian besarnya adalah karena lonjakan signifikan dari penggunanya di dunia dan khususnya di Indonesia, mengingat skema layanan yang ditawarkan oleh Starlink adalah sharing kapasitas antar penggunanya,” kata pria yang akrab disapa Daus kepada Bisnis pada Selasa (14/10/2025).

Daus menekankan penurunan kecepatan ini merupakan sebuah peringatan dini, bukan kegagalan. Menurutnya, fenomena ini seharusnya menjadi momentum bagi regulator dan penyelenggara layanan untuk memperkuat sinergi dan berinvestasi pada teknologi yang berkelanjutan.

“Ini menunjukkan betapa besarnya kebutuhan akan konektivitas di Indonesia. Momen ini harus dijadikan peluang bagi semua pihak regulator, dan penyelenggara layanan untuk berkolaborasi menciptakan ekosistem digital yang inklusif, berkelanjutan, dan berkualitas,” katanya.

Daus mengatakan teknologi satelit memegang peran kritis dalam menutup kesenjangan digital, asalkan diiringi dengan investasi berkelanjutan, manajemen yang cerdas, dan kemitraan yang strategis.

Diberitakan sebelumnya, perusahaan analitik jaringan seluler internasional, Opensignal, mengungkapkan kecepatan internet Starlink di Indonesia mengalami penurunan signifikan setelah satu tahun beroperasi. Dalam laporan terbarunya berjudul “Starlink di Indonesia—Satu Tahun Berlalu”, firma riset jaringan global tersebut mencatat adanya kemacetan jaringan yang memangkas kecepatan unduh dan unggah Starlink secara tajam sejak peluncurannya pada Mei 2024.

“Kecepatan Starlink menurun drastis. Kemacetan jaringan telah memangkas kecepatan unduh Starlink hingga hampir dua pertiga, dan kecepatan unggah hingga hampir setengahnya dalam waktu 12 bulan setelah peluncuran,” tulis Opensignal dalam laporannya yang dikutip Senin (13/10/2025).

Pada awal kehadirannya di Indonesia, Starlink mencatat kecepatan unduh rata-rata 42 Mbps dan unggah 10,5 Mbps. Namun, data Opensignal menunjukkan bahwa pada pertengahan 2025, kecepatan tersebut turun menjadi 15,8 Mbps untuk unduhan dan 5,4 Mbps untuk unggahan. Skor pengalaman video juga menurun dari 58,1 menjadi 53,1.

Menurut Opensignal, penurunan tersebut disebabkan oleh lonjakan jumlah pengguna yang memicu kemacetan jaringan. Bahkan, permintaan yang meningkat pesat sempat membuat Starlink menghentikan sementara pendaftaran pelanggan baru. Ketika layanan kembali dibuka pada Juli 2025, pelanggan baru dikenai biaya tinggi akibat lonjakan permintaan, yakni sekitar US$490–US$574 atau setara Rp8 juta hingga Rp9,4 juta.

Meski kecepatannya menurun, Opensignal mencatat sisi positif berupa peningkatan konsistensi kualitas layanan dari 24,2% menjadi 30,9% dalam periode yang sama.

“Meskipun lebih lambat, peningkatan Starlink dari tahun ke tahun dalam metrik ini menunjukkan latensi yang lebih rendah serta perbaikan infrastruktur,” tulis lembaga riset tersebut.