Peneliti Ungkap Kebiasaan yang Bikin Otak 8 Tahun Lebih Muda, Anti Pikun

Peneliti Ungkap Kebiasaan yang Bikin Otak 8 Tahun Lebih Muda, Anti Pikun

Jakarta

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan University of California, menemukan beberapa kebiasaan simpel yang bisa dilakukan agar otak bisa awet muda, bahkan hingga 8 tahun lebih muda. Jawabannya adalah tidur yang nyenyak, kemampuan mengelola stres baik, dan kehidupan sosial yang baik.

Studi ini melibatkan 128 orang dewasa paruh baya hingga lanjut usia dari empat benua yang perkembangannya diikuti hingga 2 tahun. Hampir 70 persen pesertanya adalah seorang perempuan dan kebanyakan mengalami nyeri kronis.

Melalui pemeriksaan MRI, peneliti lalu memperkirakan usia otak tiap peserta. Lalu, usia otak tersebut dibandingkan dengan usia biologis mereka.

Hasilnya, peserta yang melakukan kombinasi faktor psikologis dan gaya hidup paling sehat, memiliki otak yang terlihat lebih muda sampai 8 tahun dari perkiraan.

Sebaliknya, responden yang mengalami ‘kesulitan hidup’ seperti nyeri kronis, pendapatan rendah, pendidikan rendah, hingga kerugian sosial, dikaitkan dengan otak yang terlihat lebih tua.

Meski demikian, peneliti mengatakan gaya hidup positif yang kuat dapat mengalahkan efek dari ‘kesulitan hidup’ yang memicu penuaan pada otak. Mereka juga menambahkan penuaan otak juga dapat dipicu oleh kebiasaan merokok dan berat badan tidak sehat.

“Pesan dari berbagai penelitian kami konsisten. Perilaku yang mendukung kesehatan tidak hanya berkaitan dengan nyeri yang lebih rendah dan fungsi fisik yang lebih baik, tetapi juga tampaknya benar-benar memperkuat kesehatan secara bertahap pada tingkat yang bermakna,” ujar peneliti Kimberly Sibille, dikutip dari Daily Mail, Kamis (18/12/2025).

Penelitian ini menambah bukti kesehatan mental dan pilihan gaya hidup berperan penting dalam menjaga kesehatan otak. Efeknya bahkan muncul pada orang yang hidup dengan nyeri kronis atau kondisi kesehatan jangka panjang.

Temuan ini muncul seiring dengan penelitian terpisah yang menunjukkan bahwa ciri kepribadian tertentu dapat memengaruhi panjang umur seseorang.

Dalam sebuah analisis besar yang dipimpin peneliti dari University of Limerick, para ilmuwan menelaah data dari lebih dari setengah juta orang. Selama periode penelitian, 43.851 peserta meninggal dunia.

Kepribadian Menentukan Panjang Umur

Tim peneliti mengkaji lima sifat kepribadian utama, yaitu neurotisisme, ekstroversi, keterbukaan, keramahan, dan kehati-hatian (conscientiousness), serta hubungannya dengan risiko kematian.

Orang dengan tingkat neurotisisme yang lebih tinggi, yang ditandai dengan mudah cemas dan ketidakstabilan emosi, memiliki risiko meninggal lebih dini sebesar 3 persen lebih tinggi.

Orang dengan tingkat conscientiousness lebih tinggi, yang berkaitan dengan sifat teratur, disiplin, dan dapat diandalkan, dikaitkan dengan risiko kematian 10 persen lebih rendah. Lalu, ekstroversi yang mencerminkan sifat mudah bergaul dan keterlibatan sosial, dikaitkan dengan risiko kematian tiga persen lebih rendah.

Terakhir, tidak ditemukan hubungan yang jelas antara angka kematian dengan sifat keterbukaan maupun keramahan.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa cara kita berpikir, merasakan, dan berperilaku tidak hanya berkaitan dengan kepuasan hidup dan hubungan sosial, tetapi juga dengan seberapa panjang usia kita,” kata Dr Máire McGeehan, profesor madya di University of Limerick yang memimpin studi tersebut.

Halaman 2 dari 2

(avk/kna)