Pendapatan Turun Tipis, Laba Naik 0,6%

Pendapatan Turun Tipis, Laba Naik 0,6%

Bisnis.com, JAKARTA —  PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) melaporkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp6,88 triliun pada sembilan bulan pertama 2025. Angka ini mencatat penurunan tipis sebesar 0,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kontributor utama pendapatan tetap berasal dari bisnis tower leasing dan fiber optic.

Penurunan pendapatan tersebut turut berdampak pada laba perusahaan yang naik tipis 0.6% menjadi Rp1,54 triliun pada 9 bulan pertama 2025.

Pendapatan segmen tower leasing naik tipis 0,4% year on year (YoY) menjadi Rp5,69 triliun, didorong oleh penambahan menara secara organik serta ekspansi operator seluler. Sementara itu, lini fiber menunjukkan pertumbuhan paling pesat, melonjak 23,8% YoY menjadi Rp431 miliar.

“Peningkatan didorong oleh pembangunan organik dan inorganik serat optik yang terhubung ke menara (Fiber-to-the-Tower/FTTT) seiring dengan permintaan dari operator seluler untuk meningkatkan kualitas konektivitas,” tulis Mitratel dalam Info Memo, Jumat (31/10/2025).

Namun, di tengah kenaikkan bisnis menara dan fiber, dua segmen bisnis lainnya justru mengalami tekanan. Pendapatan dari tower-related business terkontraksi 13,5% secara tahunan ke Rp391 miliar, seiring strategi Mitratel yang lebih selektif mengejar margin tinggi dari bisnis ini.

Demikian pula, kontribusi reseller menyusut 13,2% YoY menjadi Rp370 miliar, sejalan dengan upaya perseroan mengurangi porsi bisnis ini dalam portofolio perusahaan.

Pendapatan dari tower-related business Mitratel adalah pendapatan yang berasal dari layanan dan produk pendukung di luar penyewaan menara utama (tower leasing) dan fiber.

Segmen ini biasanya mencakup layanan tambahan atau ekosistem pelengkap seperti penyediaan daya listrik (power as a service), sistem monitoring, perangkat pendukung menara, upgrade perangkat, pemeliharaan non-rutin, serta solusi digital untuk tenant menara.

Pendapatan ini fluktuasi sesuai dengan strategi perusahaan yang lebih selektif dalam memilih kontrak dengan margin lebih besar dan sesuai orientasi profitabilitas Mitratel.

Sementara itu reseller, adalah layanan penyewaan menara telekomunikasi dengan pola menawarkan menara milik pihak ketiga (bukan milik Mitratel sendiri) kepada operator seluler atau pelanggan lainnya.

Dalam bisnis ini, Mitratel bertindak sebagai perantara atau penyedia solusi, dimana mereka menawarkan kapasitas atau ruang pada menara yang dimiliki oleh perusahaan lain kepada calon penyewa berikutnya (secondary tenant).

Di sisi beban, Mitratel berhasil menurunkan total beban menjadi Rp3,78 triliun atau turun 0,6% dibandingkan periode sembilan bulan tahun lalu. Penurunan paling terasa pada beban operasional, yakni 5,5% YoY ke Rp1,11 triliun. Hal ini ditopang oleh efisiensi pada perencanaan, operasional, dan pemeliharaan menara (-8,3% YoY menjadi Rp321 miliar), serta konstruksi dan manajemen proyek (-3,3% YoY menjadi Rp345 miliar).

Beban umum dan administrasi ikut menurun 7,2% menjadi Rp200 miliar. Namun, beban kompensasi karyawan naik tipis 3,5% ke Rp225 miliar, sedangkan beban lain-lain menyumbang Rp21 miliar.

Beban depresiasi tercatat turun 2,8% ke Rp1,37 triliun, sementara beban amortisasi justru naik 3,8% menjadi Rp1,03 triliun.

Adapun pada sepanjang Januari-September 2025, jumlah menara (tower) yang dimiliki Mitratel mencapai 40.102 unit, naik 2,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (39.259 unit).

Total tenant atau penyewa naik 4,3%menjadi 61.987 penyewa, sementara jumlah tenant termasuk reseller (Tenant Inc. Reseller) tercatat sebanyak 64.646 penyewa, tumbuh 3,9%secara tahunan.

Rasio tenancy (tenancy ratio), yaitu rata-rata jumlah tenant per menara, naik tipis dari 1,51 menjadi 1,55. Sementara, panjang jaringan fiber optic Mitratel mencapai 55.593 km, melesat 40 persen dibanding tahun lalu yang tercatat 39.714 km.