Penasihat Hukum Beber Derita Tahanan Lapas Kediri Jadi Korban Pelecehan, Trauma hingga Sulit BAB

Penasihat Hukum Beber Derita Tahanan Lapas Kediri Jadi Korban Pelecehan, Trauma hingga Sulit BAB

Kediri (beritajatim.com) – Kondisi kesehatan seorang tahanan Lapas Kelas II A Kediri berinisial AP masih memprihatinkan setelah mengalami pelecehan sesama napi. Kuasa hukumnya menyebut, hingga kini korban belum bisa buang air besar dan kerap muntah saat mencoba makan.

AP, yang baru tiga bulan menjalani masa tahanan titipan pengadilan atas kasus kekerasan seksual, harus menanggung pengalaman pahit. Malam kelam itu bermula ketika ia disodomi oleh tahanan lain, RM, pada Selasa (12/8/2025) sekitar pukul 02.00 WIB.

Tak berhenti di situ, keesokan harinya Rabu (13/8/2025) dini hari, AP kembali diincar. Meski mencoba menolak, korban dipaksa masuk ke kamar mandi oleh RM bersama rekannya, AD. Di sanalah penderitaan AP semakin berat, bukan hanya secara fisik, tetapi juga mental.

Bagaimana tidak, korban dipaksa memakan benda-benda yang sama sekali tidak layak, mulai dari staples, cacing, handbody, putung rokok, bahkan ikan cupang. Selain itu, tubuhnya pun dihina dan dilecehkan dengan perlakuan tak manusiawi.

“Rabu sore, korban merasa sakit perutnya. Terus dibawa ke SLG. Cuma dia nggak ngaku kalau dikerjain, cuma ngaku perutnya sakit. Terus Kamis itu telpon kita, kita suruh jujur ternyata di lapas seperti itu,” terang penasihat hukum korban, Mahendra Adi Bintoni, pada Selasa (2/9/2025) menjelaskan perkembangan kondisi korban.

Mahendra mengungkapkan, meski sudah kembali ke lapas, kondisi AP jauh dari kata pulih. Trauma membuatnya sulit menerima makanan, dan rasa sakit di perut terus menghantui.

Pihak penasihat hukum yang terdiri dari Mohammad Rofian, M Ridwan, dan Mahendra Adi Bintoni telah melaporkan kasus ini serta mendesak agar pelaku dipindahkan ke Nusakambangan.

“Ya akan kita kawal terus mulai pemindahan, dan saudara agus kita bawa ke psikolog agar psikisnya membaik,” ujarnya.

Mereka berharap, kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi seluruh warga binaan, khususnya di Lapas Kediri, agar kejadian serupa tidak terulang.

“Sebagai pembelajaran lah untuk seluruh warga binaan lapas Kediri khususnya dan lapas-lapas lain agar seperti client kita diperintahkan agar kejadian ini tidak terulang lagi gitu aja,” tutupnya.

Sebelumnya, pihak Lapas Kelas IIA Kediri membenarkan adanya peristiwa itu. Kepala Lapas, Solichin, mengatakan para pelaku sudah dipindahkan ke sel isolasi untuk mencegah kejadian serupa.

“Dalam satu kamar ada 37 napi. Kejadiannya malam hari, sehingga saksi lain mengaku tidak mengetahui. Saat ini kami masih menunggu arahan Kanwil terkait sanksi lanjutan bagi para pelaku,” kata Solichin. [nm/aje]