Mojokerto (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto menerima bantuan penanganan darurat bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) senilai Rp200 juta. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis oleh Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat Kedeputian Penanganan Darurat, BNPB, Agus Riyanto.
Bantuan tersebut diterima Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, saat Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat Kedeputian Penanganan Darurat, BNPB, Agus Riyanto. melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur, Selasa (13/3/2024). Pada penyerahan bantuan tersebut, juga dilaksanakan rapat koordinasi dan evaluasi penanganan bencana banjir dan longsor.
Rapat koordinasi dan evaluasi penanganan bencana banjir dan longsor bersama Tenaga Ahli BNPB Brigjen TNI H. Yan Namora, Pj Bupati Jombang Sugiat, Sekda Kabupaten Jombang, Agus Purnomo, Kalaksa BPBD Kabupaten Mojokerto Yo’i Afrida, Kepala BPBD Kabupaten Jombang, Bambang Dwijo Pranowo, serta perwakilan BPBD Provinsi Jawa Timur.
Adapun bantuan operasional posko penanganan darurat bencana yang diterima oleh Pemkab Mojokerto yakni dana siap pakai sebesar Rp200 juta, serta bantuan dukungan peralatan dan logistik. Seperti 300 paket sembako, 300 paket Hygiene kit, 300 paket biskuit protein, 300 buah makanan siap saji, 5 unit pompa Alkon, 100 unit velbed, 1008 botol sabun cair, 50 unit tenda keluarga, dua unit tenda pengungsian, satu unit perahu karet dengan mesin.
Dalam laporannya, Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati menjelaskan, penyebab terjadinya bencana banjir di Kabupaten Mojokerto yakni dipicu oleh hujan dengan intensitas lebat selama lebih dari empat jam. Hujan tersebut mengakibatkan debit air meningkat drastis di tiga sungai di wilayah Bumi Majapahit yaitu Sungai Kromong, Sungai Klorak, dan Sungai Boro yang menjadi satu di Sungai Brangkal.
“Dari meningkatnya debit air itu mengakibatkan tanggul Sungai Brangkal di Desa Wringinrejo jebol Selanjutnya, rusaknya jembatan Bupak yang menghubungkan dua desa yakni Desa Kebontunggul dan Desa Gondang. Jebolnya 2 titik tanggul Sungai Sadar di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari. 3 titik tanggul Sungai Gembolo jebol di Desa Tunggalpager,” ungkapnya.
Serta dua titik tanggul sungai Gembolo jebol di Desa Jabontegal, Kecamatan Pungging. Bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto ini menjelaskan, bencana banjir yang terjadi juga mengakibatkan lahan sawah di enam desa yang ada di wilayah Kecamatan Mojosari terendam banjir. Total ada 263 hektar area persawahan yang terendam banjir dan beresiko gagal panen.
“Akibat banjir sedikitnya lebih dari 6.232 warga dari 7 kecamatan terdampak. Yakni di Kecamatan Pungging, Mojosari, Bangsal, Mojoanyar, Sooko, Puri, Kutorejo. Selain itu, upaya yang telah kami lakukan yaitu mengevakuasi warga rentan, mengevakuasi warga yang terdampak, menyiapkan lokasi pengungsian, mendirikan dapur umum, mendirikan pos kesehatan,” katanya.
Selain itu, orang nomor satu dilingkup Pemkab Mojokerto menjelaskan, juga melakukan upaya penyedotan air, upaya penutupan tanggul jebol, dan mendistribusikan kebutuhan mendesak. Bupati juga menjelaskan, adapun kebutuhan mendesak yang disalurkan oleh Pemkab Mojokerto untuk warga yang terdampak bencana banjir.
“Seperti bantuan nasi bungkus, selimut, obat-obatan, air minum, matras, paket sembako, air bersih, dan peralatan pembersihan rumah. Pasca terjadinya bencana banjir, ada beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki. Rekontruksi jembatan Bupak, Gondang. Perbaikan tanggul sungai Sadar, perbaikan tanggul sungai Gembolo, dan perbaikan tanggul sungai Brangkal,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat Kedeputian Penanganan Darurat, BNPB, Agus Riyanto mengatakan, penyaluran bantuan tersebut bersumber dari adanya laporan kepada BNPB sehingga dari pihak BNPB pun menindaklanjuti terkait laporan tersebut.
“Jadi nanti, insya Allah kami bantu. Nanti provinsi juga mungkin membantu di dalam waktu dekat, jadi nanti mohon izin terima dulu. Pasca terjadinya bencana, perlu mengambil tindakan untuk merubah status darurat menjadi siaga. Jadi itulah sebenarnya modal dasar kita ya. Pertolongan pertama itu ya,” ujarnya.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan kemudahan akses maupun beberapa fasilitas kepada masyarakat serta mengakomodir para relawan. Terkait isu bencana yang terjadi, hal tersebut disebabkan oleh pemanasan global yang membuat iklim tidak menentu, sehingga berdampak pada terjadinya berbagai bencana alam.
“Sekarang iklim kita sudah tidak bisa lagi ditebak, seperti pelajaran seperti dulu. Kalau bulan ini musim apa, kalau bulan-bulan berikutnya musimnya apa,” tegasnya.
Diketahui, dalam menindaklanjuti pasca bencana banjir, Bupati bersama BNPB meninjau langsung jebolnya tanggul Sungai Brangkal jebol, di Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko. Meninjau putusnya jembatan Bupak yang menghubungkan dua desa yakni Desa Kebontunggul dan Desa Gondang, Kecamatan Gondang.
Serta meninjau tanggul Sungai Sadar yang jebol dan jembatan retak di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari. [tin/ian]