Peminat Konversi Motor Listrik Disebut Lebih Banyak Ketimbang Beli Motor Baru, Benarkah?

11 November 2023, 14:27

TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), Budi Setiyadi, menanggapi soal masyarakat yang disebut-sebut lebih meminati konversi motor konvensional berbahan bakar fosil menjadi sepeda motor listrik, daripada membeli motor baru. Padahal, biaya konversi terhitung lebih mahal dibandingkan membeli motor listrik baru. “Kalo bilang konversi lebih mahal itu relatif ya, karena motor baru juga ada yang lebih mahal,” ujar Budi ketika dihubungi, Sabtu, 11 November 2023. Adapun pernyataan soal peminat ini dilontarkan dari Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, yang mencermati bahwa masyarakat lebih meminati program konversi motor listrik dibandingkan membeli motor baru.“Apa yang disampaikan pak Rachmat itu mungkin orang itu udah punya motor, mau beli motor (baru) tapi masih ada motor (lama), makanya konversi (ke motor listrik),” tutur Budi. Menurutnya, proses konversi dari motor konvensional ke motor listrik ini dapat menciptakan efisiensi pengeluaran. Iklan

“Kalo yang di rumah sudah ada motor mungkin 3–4 ya menurut saya lebih baik motor yang ada dikonversi saja,” kata dia. “Tapi yang belom punya (motor) ya tergantung, mungkin akan beli baru.” Adapun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, kemarin mengatakan besaran insentif konversi motor listrik naik menjadi Rp 10 juta. Sebelumnya, insentif konversi motor listrik adalah sebesar Rp 7 juta. Sementara besaran subsidi untuk pembelian motor listrik baru tetap Rp 7 juta. Pilihan Editor: Tiga Perusahaan akan Bangun Pabrik Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Statement

Fasum