JAKARTA – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed turut memberikan komentar soal penayangan perdana film ”Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia” yang resmi tayang perdana di Auditorium K.H. Ahmad Azhar Basyir Gedung Cendikia Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sabtu, 8 Maret lalu.
Menurut . Abdul Mu’ti mengatakan bahwa perjuangan Ir. Djuanda untuk kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan sangat penting dan tidak bisa dilupakan.
“Tanpa perjuangan itu wilayah Indonesia tidak bisa seluas sekarang. Kita tahu Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulau sekitar 17 ribu dan itu semua menjadi satu kesatuan,” kata Abdul Mu’ti dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi VOI, Sabtu, 8 Maret.
Sebagai Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMJ, Mu’ti menyatakan bahwa kedaulatan wilayah merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah kedaulatan Indonesia. Kedaulatan wilayah ini ditandai dengan Deklarasi Djuanda.
Sebelum adanya Deklarasi Djuanda, lanjut Mu’ti, perairan Indonesia masih banyak yang menjadi lautan bebas. Hal ini dikarenakan jarak satu ke pulau lainnya sangat jauh.
“Dengan adanya Deklarasi Djuanda maka wilayah Indonesia dihitung dari titik terluar pulau-pulau yang ada di Indonesia. Keberadaan pulau-pulau terluar ini sangat penting untuk kedaulatan negara kita,” tuturnya Sekretaris Umum PP Muhammadiyah.
Lebih lanjut, Mu’ti mengatakan perjuangan Djuanda sebagai tokoh bangsa dan kader Muhammadiyah harus menjadi teladan. Ia pun berharap dengan adanya film ini bisa menjadi tempat belajar dan memahami perjuangan kader perserikatan Muhammadiyah dalam kehidupan kebangsaan, keislaman, dan kemuhammadiyahan.
“Mudah-mudahan setelah menyaksikan film ini akan lahir Djuanda lain dari rahim kader perserikatan Muhammadiyah,” tambahnya.
”Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia” adalah film biopik yang di produksi oleh Lembaga Seni Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LSB PP Muhammadiyah) dan Mix Production.
Film ini ditayangkan untuk pertama kalinya di Jakarta, setelah sebelumnya tayang di Yogyakarta. Film ini disaksikan lebih dari 500 warga persyarikatan Muhammadiyah yang berasal dari Jakarta, Banten, Jawa Barat hingga Sumatera.
Dalam penayangan perdana di Jakarta, turut hadir cucu pertama Ir. Djuanda Kartawidjaja yakni Ismeth Wibowo. Ismeth juga menceritakan sedikit kisah kakeknya semasa hidup dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dan mendukung sehingga film ini bisa tayang.
“Sejak muda, Pak Djuanda ini telah mengabdikan diri di Muhammadiyah sebagai kepala sekolah Muhammadiyah. Padahal saat itu, Djuanda ditawari mendapatkan gaji yang tinggi dari pemerintahan Belanda,” kenangnya.
Film Djuanda ini mengisahkan perjuangan Djuanda mulai dari masa sekolah dasar di lembaga pendidikan Belanda hingga menjadi deklarator “Deklarasi Djuanda”, yang menjadi titik penting dalam penegasan wilayah kedaulatan Indonesia. Diceritakan pula Djuanda pernah menduduki 17 posisi menteri dalam kabinet kepresidenan Soekarno.
Penayangan film ini merupakan bagian rangkaian kegiatan pada hari ketiga Pengkajian Ramadan 1446 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
(buatkan judul yang menarik)
