Pasuruan (beritajatim.com) – Insiden peluru nyasar yang melukai seorang warga di Kecamatan Lekok mendapat sorotan tajam dari DPRD Kabupaten Pasuruan. Anggota Komisi I DPRD, Eko Suryono, menyatakan keprihatinannya dan menyebut peristiwa tersebut sebagai persoalan serius.
Eko menegaskan bahwa insiden ini bukan yang pertama kali terjadi di wilayah sekitar Alastlogo. Sejak tahun 2019 hingga 2025, tercatat sudah empat kali kejadian peluru atau mortir nyasar menghantam permukiman warga.
“Ini bukan pertama kali. Terhitung sejak 2019 sudah empat kali terjadi, bahkan tahun lalu sebuah rumah warga terkena mortir,” kata Eko Suryono, Rabu (28/5/2025).
Menurutnya, wilayah Alastlogo seharusnya dievaluasi ulang dalam konteks tata ruang karena sudah tidak relevan jika tetap dijadikan area latihan militer. Pasalnya, kawasan tersebut sudah dikelilingi oleh permukiman padat dan aktivitas masyarakat yang tinggi. “Segera buka kembali tata ruang. Jangan jadikan Alastlogo sebagai wilayah latihan militer karena situasi di lapangan sudah tidak memungkinkan,” tegasnya.
Eko juga mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk lebih memperhatikan keselamatan dan hak hidup warga sekitar. Ia menegaskan bahwa keselamatan rakyat harus menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan.
“Pemerintah harus hadir untuk rakyat. Ini yang paling penting, dan saya akan kawal agar rakyat tidak jadi korban kebijakan yang keliru,” tegasnya lagi.
Sebelumnya, seorang warga bernama Suyati (55), Dusun Karang Asem, Desa Wates, menjadi korban proyektil nyasar saat berada di pinggir jalan Desa Pasinan. Saat kejadian, Suyati sedang berbincang dengan saudaranya usai mengambil sayuran dari ladang.
Menurut informasi dari pihak medis, proyektil tersebut tidak menembus tubuh korban namun mengenai paha kiri dan menyebabkan luka gores akibat panas. Suyati langsung dilarikan ke RSUD Grati dan kini dalam perawatan. (ada/kun)
