Jakarta –
Truk gagal nanjak jadi pemicu kecelakaan maut di Tol Pandaan-Malang. Truk itu melorot dan dihantam bus. Begini pelajaran dari kecelakaan tersebut.
Kecelakaan maut dialami bus dan truk di Tol Pandaan-Malang KM 77+200 A. Kapolres Malang AKBP Putu Kholis Aryana mengungkap kecelakaan itu bermula saat truk tak kuat nanjak.
Selanjutnya sopir memarkirkan truk di bahu jalan. Tapi nahas saat parkir, truk malah mundur melaju tak terkendali. Pada saat bersamaan, ada bus yang mengangkut rombongan siswa SMP IT Darul Quran Mulia Putri Bogor melintas. Sopir bus pun tak sempat mengantisipasi truk yang melorot itu. Pada akhirnya, bus menghantam bagian belakang truk.
“Sehingga truk secara tiba-tiba lepas kendali ke arah belakang kemudian melaju ke tengah lajur sehingga mengagetkan kendaraan yang ada di belakangnya. Kendaraan yang ada di belakang ini Bus Tirto Agung mengangkut rombongan pelajar dari Gunung Putri Bogor,” kata Kholis dikutip detikJatim.
Akibat tabrakan keras itu, bus yang mengangkut kurang lebih 47 orang terdiri dari 40 pelajar, sejumlah pendamping, serta sopir dan kenek bus itu tidak mengalami kerusakan parah pada bagian kanan bus. Kecelakaan itu juga mengakibatkan empat orang tewas dan lainnya luka-luka.
Pelajaran dari Kecelakaan Bus vs Truk di Tol Pandaan
Adapun truk gagal nanjak menjadi penyebab kecelakaan bukan kali pertama terjadi. Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya ada tiga kejadian serupa. Truk gagal nanjak, melorot, dan dihantam kendaraan lain yang tak bisa menghindarinya.
Dari kacamata keselamatan berkendara, Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengungkap, potensi kecelakaan terbesar terjadi di jalan tol. Menurut Sony, atas dasar itu pengemudi butuh keterampilan dalam mengendalikan kendaraannya sekaligus bereaksi dengan cepat.
“Itu pun bisa didapat jika pengemudi benar-benar siap dan fokus sepanjang perjalanan, lengah sedikit aja kewaspadaannya pasti turun dan risiko bahaya naik,” ungkap Sony saat dihubungi detikOto, Selasa (24/12/2024).
Menurutnya, pengemudi bisa menerapkan langkah pencegahan seperti jaga jarak, melihat potensi berbahaya, dan menjaga emosi. Di sisi lain, Sony menyangsikan muatan truk yang berlebihan. Hal itu yang memicu truk gagal melahap tanjakan dengan baik dan berujung melorot.
“Dengan muatan yang sesuai aja jika truk tersebut berhenti di tanjakan maka daya dorong ke belakang tetap ada, sehingga sebelum driver mengambil tindakan keluar cabin untuk mengganjal ban, harusnya posisi parking brake aktif, mesin mati dengan posisi tuas gear ada di 1 atau C. Tunggu sesaat untuk memastikan truk tidak mundur (karena ganjal ban itu sifatnya tambahan pengaman) atau minta tolong helper yang turun untuk mengganjal ban,” ungkap Sony.
Sony menambahkan, sopir juga kurang mewaspadai kondisi di sekitar. Katanya, kondisi ini mungkin saja terjadi terlebih sopir truk memiliki beban kerja berlebih sehingga tubuh letih.
“Sehingga driver tersebut sudah tidak mampu lagi berpikir jernih untuk bertindak benar,” urai Sony.
Harus Ada Pengawasan Ketat
Supaya tak terulang, Sony menyebut harus ada pengawasan lebih ketat dari pihak kepolisian, Dinas Perhubungan, sekaligus pengelola jalan tol. Terlebih untuk kendaraan yang melebihi muatan dan tak layak jalan.
“Jika merasa ada yang ganjil (tidak aman dan membahayakan) seharusnya disetop. Jika perlu, demi keamanan semua pihak, truk-truk yang akan melintas diinspeksi dimulut gerbang tol, itukan hal-hal kecil dari tindakan mitigasi bahaya,” pungkas Sony.
(dry/din)