Jakarta –
‘ Influenza A, rhinovirus, human metapneumovirus (HMPV), dan pneumonia mikoplasma menjadi jenis patogen penyebab penyakit pernapasan yang paling umum di antara kunjungan rumah sakit.
Angka positif infeksi flu diperkirakan akan terus meningkat. Sementara angka infeksi rhinovirus dan kasus infeksi pneumonia mikoplasma yang umumnya menyerang anak-anak berusia lima hingga 14 tahun menunjukkan tren penurunan.
Namun, tingkat positif virus pernapasan di kalangan balita berusia empat tahun ke bawah meningkat, demikian pula tingkat HMPV manusia di kalangan anak-anak berusia 14 tahun ke bawah.
“Penyebaran penyakit ini sedang mencapai puncaknya dan akan bertahan pada tingkat tinggi selama dua bulan ke depan,” katanya Kepala Institut Nasional Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular CDC China, Kan Biao.
Terkait hal itu, epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman influenza A merupakan virus yang memang menjadi salah satu penyebab utama flu musiman dan bukan patogen baru.
Virus ini, kata dia, sudah lama ada bersirkulasi dan endemik, bahkan sangat menular dan bisa memicu infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.
“Gejala khas demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, kelelsahan,” katanya kepada detikcom, Selasa (31/12/2024).
Dicky menyebut virus influenza A ini menjadi salah satu yang dipantau ketat dan diwaspadai lantaran memiliki potensi memicu pandemi jika varian barunya muncul dan menyebar luas di antara manusia.
“Ini yang dikhawatirkan kalau bicara influenza A. Jadi dikatakan serius, serius sebetulnya. Namun saat ini pada level yang belum membahayakan atau belum meningkatkan kekhawatiran sebetulnya,” katanya lagi.
Sementara HMPV merupakan virus pernapasan yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2001. Virus ini, kata Dicky, mirip atau sama dengan RSV atau Respiratory syncytial virus.
Adapun HMPV ini kerap menyerang anak-anak. Namun bisa juga menyerang orang dewasa muda dan tua jika imunitasnya sedang turun.
“Nah gejalanya hampir sama dengan semua jenis virus sebetulnya. Ada yang disebut dengan flu like syndrome itu, batuk demam, hidung tersembat, bahkan ada sedikit sesak napas. Nah pada kasus berat untuk HMPV ini bisa berkembang menjadi bronchitis dan pneumonia,” katanya.
Sementara untuk potensi pandemi, Dicky mengatakan HMPV masih jauh atau sangat kurang memiliki potensi tersebut dibandingkan influenza A. Hal ini karena penyebaran HMPV lebih lambat dan tingkat keparahan penyakit umumnya juga ringan.
“Nah kalau sampai ke Indonesia bicara dua penyakit ini ya tentu tetap ada kasus impor. Terutama melalui pelancong internasional atau pelaku perjalanan khususnya berarti dari Asia Timur itu,” tuturnya.
“Namun dengan sekali lagi pengendalian perbatasan dan protokol kesehatan tentu risiko wabah besar bisa diminimalkan. Apalagi di Indonesia harusnya orang sudah mulai terbiasa untuk update atau booster imunitas dengan vaksinasi,” lanjutnya lagi.
(suc/naf)