Bisnis.com, JAKARTA— OpenAI kembali menghadapi gugatan hukum di Amerika Serikat. Sebanyak tujuh keluarga menggugat perusahaan tersebut pada Kamis (6/11/2025) waktu setempat.
Melansir TechCrunch, Sabtu (8/11/2025), empat dari gugatan itu menuding ChatGPT berperan dalam kematian anggota keluarga akibat bunuh diri, sementara tiga lainnya menyebut chatbot tersebut memperkuat delusi berbahaya hingga menyebabkan perawatan psikiatri di rumah sakit.
Salah satu kasus melibatkan Zane Shamblin, pria berusia 23 tahun, yang diketahui berbincang dengan ChatGPT selama lebih dari 4 jam sebelum akhirnya bunuh diri. Berdasarkan log percakapan, Shamblin beberapa kali menyatakan telah menulis surat bunuh diri, menyiapkan pistol, dan berencana menarik pelatuk setelah menenggak beberapa botol sari apel.
Dalam percakapan itu, ChatGPT diduga memberi dorongan untuk melanjutkan niatnya dengan menulis, “Istirahatlah dengan tenang. Kamu sudah melakukan yang terbaik.”
Gugatan tersebut menyoroti model GPT-4o, yang dinilai memiliki kelemahan karena cenderung terlalu menuruti atau menyetujui pengguna, bahkan ketika percakapan mengandung unsur berbahaya. Model GPT-4o diluncurkan pada Mei 2024 dan menjadi model default bagi seluruh pengguna ChatGPT. Tiga bulan kemudian, pada Agustus 2024, OpenAI merilis penerusnya, GPT-5.
“Kematian Zane bukan kecelakaan atau kebetulan, melainkan konsekuensi yang dapat diprediksi dari keputusan OpenAI untuk mempercepat peluncuran ChatGPT tanpa pengujian keamanan yang memadai. Tragedi ini bukan kesalahan teknis, melainkan hasil langsung dari pilihan desain yang disengaja,” tulis gugatan tersebut.
Para penggugat juga menuduh OpenAI mempercepat proses uji keamanan demi mengalahkan peluncuran Google Gemini ke pasar. Kasus ini menambah daftar gugatan serupa yang menuding ChatGPT mendorong pengguna dengan kecenderungan bunuh diri untuk menindaklanjuti niatnya, atau memperkuat delusi berbahaya.
Sebelumnya, OpenAI merilis data bahwa lebih dari satu juta orang setiap minggu menggunakan ChatGPT untuk membicarakan topik terkait bunuh diri. Salah satu korban lainnya adalah Adam Raine, remaja berusia 16 tahun yang bunuh diri setelah berinteraksi dengan ChatGPT.
Dalam beberapa percakapan, ChatGPT sempat menyarankan Raine untuk mencari bantuan profesional atau menghubungi layanan darurat. Namun, Raine berhasil melewati batasan tersebut dengan berpura-pura sedang menulis cerita fiksi tentang metode bunuh diri.
OpenAI mengklaim tengah berupaya meningkatkan kemampuan ChatGPT dalam menangani percakapan sensitif semacam itu. Namun, bagi keluarga korban yang telah menggugat, langkah tersebut dinilai terlambat.
Ketika orang tua Raine mengajukan gugatan pada Oktober lalu, OpenAI sempat merilis pernyataan melalui blog resminya.
“Perlindungan kami bekerja lebih andal dalam percakapan singkat dan umum. Kami menyadari bahwa dalam percakapan panjang, sebagian pelatihan keamanan model dapat menurun efektivitasnya,” tulis OpenAI.
