On This Day: G30S PKI, Dokter Ungkap Kondisi Jenazah Jenderal Ahmad Yani Saat Ditemukan

30 September 2023, 0:44

MAGENTA — Hari ini, 58 tahun lalu terjadi peristiwa Gerakan 30 September (G30S) yang oleh Orde Baru disebut peristiwa G30S/PKI. Kudeta yang gagal itu dilakukan pada 30 September dan berlangsung hingga 1 Oktober 1965. Gerakan ini dimotori oleh pemimpin terakhir Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit atau DN AIdit. Peristiwa berdarah yang juga sering disebut Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) dan Gestok (Gerakan Satu Oktober) merupakan peristiwa yang bertujuan menggulingkan pemerintah presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara yang menerapkan sistem komunis. Aksi kudeta dengan cara penculikan itu menyebabkan gugurnya enam perwira tinggi dan satu perwira menengah TNI AD. Ketujuh perwira yang menjadi korban, yakni sebagai berikut. BACA JUGA: Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat 1. Letnan Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani2. Mayor Jenderal (Anumerta) Raden Suprapto

3. Mayor Jenderal (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono 4. Mayor Jenderal (Anumerta) Siswondo Parman 5. Brigadir Jenderal TNI (Anm) Donald Isaac Pandjaitan 6. Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo 7. Letnan Satu (Lettu) (Anumerta) Pierre Andreas Tendean. BACA JUGA: Soeharto Peluk Erat Hosni Mubarak Tiga Hari Sebelum Lengser dan Mundurnya 14 Menteri Tujuh jenazah korban Gerakan 30 September itu ditemukan pertama kali pada 3 Oktober 1965 di dalam sumur di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Sumur itu dalamnya sekitar 12 hingga 15 meter dengan diameter berkisar 0,75 meter. Jenazah-jenazah tersebut baru diangkat pada keeseokan harinya, 4 Oktober 1965. Proses pengangkatan jenazah dimulai pukul 11.00 dan berakhir sekitar pukul 15.00 WIB. Jenazah dimasukkan peti dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Gatot Subroto menggunakan Panser. Pangkostrad Letnan Jenderal Soeharto, Komandan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo serta Letnan Dua Sinton Panjaitan memantau jalannya evakuasi. Dinukil dari buku Gerwani: Kisah Tapol Wanita di Kamp Plantungan oleh Amurwani Dwi Lestariningsih, ternyata kondisi jenazah para jenderal setelah diangkat dari Lubang Buaya tidak seperti yang diberitakan oleh media massa.BACA JUGA: Kesederhanaan Bung Hatta: Ironi Sepatu Bally tak Terbeli dan Tas Branded Istri Pejabat