Ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata itu juga mewajibkan pasukan Israel untuk menarik pasukannya secara bertahap, dalam waktu 60 hari ke depan, dari wilayah Lebanon bagian selatan.
Penarikan pasukan Israel itu dimulai ketika tentara-tentara Lebanon, dari Angkatan Bersenjata resmi negara itu, mulai dikerahkan untuk mengambil alih wilayah di dekat perbatasan dengan Israel, demi memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana.
Israel-Hizbullah Saling Tuding Melanggar Gencatan Senjata
Beberapa jam sebelum pernyataan Netanyahu itu, militer Israel menuding Hizbullah melanggar gencatan senjata dan mengumumkan pasukannya telah menyerang fasilitas senjata Hizbullah di wilayah Lebanon bagian selatan, usai mengidentifikasi apa yang mereka sebut sebagai “aktivitas teroris”.
“Aktivitas teroris teridentifikasi di fasilitas yang digunakan oleh Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah di Lebanon bagian selatan,” sebut militer Israel dalam pernyataannya, sembari menyebut “ancaman tersebut telah digagalkan” oleh Angkatan Udaranya.
Israel juga mengatakan pasukannya melepaskan tembakan, pada Kamis (28/11), ke arah apa yang mereka sebut sebagai “para tersangka” dengan kendaraan yang tiba di beberapa area di zona selatan Lebanon. Tel Aviv menyebut aktivitas semacam itu melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sedang diberlakukan.
Salah satu pejabat senior Hizbullah, Hassan Fadlallah, yang juga anggota parlemen Lebanon balik menuding Israel yang telah melanggar kesepakatan gencatan senjata tersebut.
“Musuh Israel menyerang orang-orang yang kembali ke desa-desa perbatasan,” tutur Fadlallah saat berbicara kepada wartawan.
(nvc/ita)